Rabu, 21 Oktober 2009

Rumah Adalah Nikmat

Rumah Adalah Nikmat

Yang Mendorong Seorang Muslim MemperhatikanIshlah (Perbaikan) Rumahnya
Apa Sarana-sarana untuk Memperbaiki Rumah? MEMBANGUN RUMAH TANGGA
Nasehat (1): Memilih Isteri yang Tepat
Nasehat (2): Upaya Membentuk (Memperbaiki) isteri ASPEK KEIMANAN DI RUMAH
Nasehat (3): Jadikanlah Rumah sebagai Tempat Dzikrullah (Mengingat Allah)
Nasehat (4):Jadikan Rumahmu Sebagai Kiblat
Nasehat (5): Pendidikan Keimanan untuk Anggota Keluarga
Nasehat (6): Perhatian pada Do’a-do’a yang Disyariatkan dan Sunnah-sunnah yang Berkaitan dengan Rumah
Nasehat (7): Rutin Membaca Surat Al-Baqarah di Rumah untuk Mengusir Setan

ILMU AGAMA DI RUMAH
Nasehat (8): Pengajaran Anggota Keluarga
Nasehat (9): Buatlah Perpustakaan di Rumahmu
Nasehat (10): Perpustakaan Kaset di Rumah
Nasehat (11): Mengundang Orang-orang Shalih, Ulama dan para Penuntut Ilmu ke Rumah
Nasehat (12): Belajar Hukum-hukum Syariat tentang Rumah

ASPEK SOSIAL Dl RUMAH
Nasehat (13): Memberi Kesempatan untuk Mendiskusikan Persoalan-persoalan Keluarga
Nasehat (14): Tidak Menampakkan Konflik Keluarga di depan Anak-anak
Nasehat (15): Tidak Membolehkan Masuk Rumah kepada Orang yang Tidak Baik Agamanya
Peringatan :Usahakan Semampu Mungkin untuk Lebih Banyak Berada di Rumah
Nasehat (16): Teliti dalam Mengamati Keadaan Anggota Keluarga
Nasehat (17): Perhatian terhadap Anak-anak di Rumah
Nasehat (18): Mengatur Waktu Tidur dan Makan
Nasehat (19): Meluruskan Pekerjaan Wanita di Luar Rumah
Nasehat (20): Menjaga Rahasia Rumah Tangga

BEBERAPA AKHLAK DI RUMAH
Nasehat (21): Mentradisikan Pergaulan yang Baik (Keramahan) di Rumah
Nasehat (22): Membantu Anggota Keluarga dalam Pekerjaan Rumah
Nasehat (23): Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga
Nasehat (24): Menyingkirkan Akhlak Buruk di Rumah
Nasehat (25): Gantungkanlah Cambuk shg Bisa Dilihat oleh Anggota Keluarga

KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN DALAM RUMAH
Nasehat (26): Waspada terhadap Masuknya Kerabat yang Bukan Mahram kepada Isteri yang Ada di Rumah ketika Suami sedang Tiada
Nasehat (27): Memisahkan antara Laki-laki dengan Wanita dalam Acara Kunjungan Silaturahim Keluarga
Nasehat (28): Waspada terhadap Bahaya Sopir dan Pembantu di Rumah
Nasehat (29): Keluarkanlah Orang yang Bersikap Kebanci-bancian dari Rumahmu
Nasehat (30): Waspadalah-terhadap Bahaya Film
Nasehat (31): Berhati-hati dari Kejahatan Telepon
Nasehat (32): Wajib Menghilangkan setiap Identitas –Apapun Bentuknya - Agama Batil Orang-orang Kafir, Termasuk Sesembahan dan Tuhan Mereka
Nasehat (33): Menghilangkan Gambar-gambar Makhluk Bernyawa
Nasehat (34): Laranglah Merokok di Rumahmu
Nasehat (35): Jangan Memelihara Anjing di Rumah
Nasehat (36): Menjauhi dari Menghias Rumah dengan Aneka Warna (Berlebih-lebihan)

RUMAH DIPANDANG DARI DALAM DAN DARI LUAR
Nasehat (37) : Memilih Lokasi dan Desain Rumah Yang Tepat
Nasehat (38): Memilih Tetangga sebelum Memilih Rumah
Nasehat (39): Memperhatikan Perbaikan yang Perlu Serta Menyediakan Sarana Kenyamanan
Nasehat (40): Memperhatikan Kesehatan Anggota Keluarga dan Pengobatannya

Jumat, 16 Oktober 2009

Kematian Sejati

Kematian Sejati

Sampai sejauh ini, tak ada orang yang hidup kembali dari kematiannya sehingga dapat berbagi cerita tentang pengalamannya, di alam kematian. Dengan demikian, mengetahui perihal kematian, melalui Alquran.

Kematian, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran, sangat jauh berbeda dari kematian medical. Hal ini terkait dengan Surat Al-Waqiah: Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. (QS. Al Waqiah: 83:85).

Tidak seperti kematian orang kafir, kematian orang beriman penuh berkah: (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik, oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): Salaamunalaikum. Masuklah kamu ke dalam surga itu, disebabkan apa yang telah kamu kerjakan (QS. An-Nahl: 32)

Ayat-ayat ini menguak fakta penting tak terbantah tentang kematian: saat datangnya kematian, jalan yang dilalui oleh orang mati dan hal-hal yang dapat diamati merupakan pengalaman yang berbeda-beda. Misalnya, seseorang yang menghabiskan seluruh hidupnya sebagai seorang kafir dan degil barangkali nampak mengalami 'kematian yang damai'. Akan tetapi, ruh, yang berada pada dimensi berbeda, merasakan kematian yang menyakitkan. Sedangkan ruh orang beriman, meskipun nampak menderita, meninggalkan jasadnya dalam keadaan 'terhormat'.

Alquran menjelaskan sejumlah kesukaran-kesukaran yang dialami orang kafir ketika nyawa mereka dicabut, karena malaikat membuat perhitungan dengan ruh/jiwa orang kafir saat kematiannya: Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa-apa yang menimbulkan) keridlan-Nya (QS. Muhammad: 27-28).

Dalam Alquran dijelaskan pula mengenai 'tekanan-tekanan sakaratul maut', di mana saat itu malaikat mengabarkan tentang adanya azab yang kekal: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ''Keluarkan nyawamu!'' Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS. Al-An’am: 93).

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya. (QS. Al- Anfal: 50-51).

Sebagaimana dijelaskan oleh ayat di atas, kematian orang kafir diliputi kesengsaraan. Ketika orang-orang di sekitarnya melihatnya begitu tenang di pembaringan, sesungguhnya azab fisik dan spiritual sedang dialaminya. Malaikat maut mencabut nyawanya, menimpakan penderitaan dan kehinaan baginya. Dalam Alquran, malaikat yang mencabut nyawa orang-orang kafir digambarkan: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras (QS. An-Naziat: 1).

Tahap terakhir bagaimana nyawa atau ruh dicabut dijelaskan sebagai berikut: Sekali-kali jangan! Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya); Siapakah yang dapat menyembuhkan? dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (QS. Al-Qiyamah: 26-28).

Saat itu, orang kafir mendapati kebenaran yang dibantahnya semasa hidupnya. Dengan kematian, ia akan menerima segala konsekuensi dari dosa dan bantahannya Malaikat memukul punggungnya dan mencabut nyawanya dengan keras, dan itu hanya sebagian kecil dari duka panjang yang menantinya.

Sebaliknya, kematian orang-orang beriman merupakan awal dari kebahagiaan abadi. Tidak seperti orang kafir yang menderita kepahitan, jiwa orang beriman dicabut dengan lemah lembut (QS. An-Nazi’at: 2). Malaikat berkata; Salaamunalaikum! Masuklah kamu kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan (QS. An-Nahl: 32).

Ini sama seperti dalam keadaan tidur. Dalam tidur, jiwa/ruh masuk ke dimensi lain, seperti digambarkan dalam ayat berikut: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan (QS. Az-Zumar: 42).

Ini adalah kebenaran tak terbantahkan mengenai kematian. Penampakan luar dari seseorang yang menjelang ajal yaitu tatkala malaikat memukul wajah dan punggungnya, maupun ketika nyawanya sampai ke kerongkongannya. Hanya jiwa orang-orang yang mengalaminya yang dapat merasakan dan melihat gambaran ini. Akan tetapi, kematian sejati dirasakan di dalam setiap sudut oleh orang yang sedang sakaratul maut dalam dimensi yang sama sekali tidak dikenal oleh orang yang menyaksikan kematian dari luar. Dengan kata lain, apa yang dialami dalam kematian adalah 'perubahan dalam dimensi'.

SUDAH SIAPKAH ANDA MENGHADAPI MATI ?

Shalat dan Otak Manusia

Al Imam Ahmad berkata, "Sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung pada kualitas ibadah sholatnya. Kecintaan seseorang kepada Islam juga tergantung pada kecintaan dalam mengerjakan sholat. Oleh karena itu kenalilah dirimu sendiri wahai hamba Allah! Takutlah kamu jika nanti menghadap Allah Azza Wa Jalla tanpa membawa kualitas keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah sholatmu." (Ibn al Qayyim, ash Sholah, hal 42 dan ash Sholah wa hukmu taarikihaa, hal 170-171)

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia),sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)". Hadist Riwayat Tabrani.

Shalat dan Otak Manusia

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia),sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)". Hadist RiwayatTabrani.

Sholat itu Bikin Otak Kita Sehat" Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah' (Q.S Al Kautsar:2)

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya.

Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika ( Dr. Fidelma) telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membukasebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.

Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena Sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan Secara lebih normal.

Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.

Sumber : National Geographic 2002 Road to Mecca

MARI KITA PERBANYAK SUJUD

AGAR OTAK KITA SEHAT & SEGAR SELALU

Pendapat Tokoh DUNIA Terhadap AlQur'an & Islam

Pendapat Tokoh DUNIA Terhadap AlQur'an & Islam



1. Harry Gaylord Dorman dalam buku "Towards Understanding lslam", New York, 1948, p.3, berkata: "Kitab Qur'an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang didiktekan oleh Jibril, sempurna setiap hurufnya, dan merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga kini, untuk membuktikan kebenarannya dan kebenaran Muhammad."

2. Prof. H. A. R. Gibb dalam buku "Mohammadanism", London, 1953, p. 33, berkata seba-gai berikut: "Nah, jika memang Qur'an itu hasil karyanya sendiri, maka orang lain dapat menandinginya. Cobalah mereka mengarang sebuah ungkapan seperti itu. Kalau sampai mereka tidak sanggup dan boleh dikatakan mereka pasti tidak mampu, maka sewajarnyalah mereka menerima Qur'an sebagai bukti yang kuat tentang mukjizat."

3. Sir William Muir dalam buku "The Life of Mohamet", London, 1907; p. VII berkata sebagai berikut: "Qur'an adalah karya dasar Agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal, etika dan ilmu pengetahuan?"

4. DR. John William Draper dalam buku "A His-tory of the intelectual Development in Europe", London, 1875, jilid 1 , p. 343-344, berkata: "Qur'an mengandung sugesti-sugesti dan proses moral yang cemerlang yang sangat berlimpah-limpah; susunannya demikian fragmenter, sehingga kita tidak dapat membuka satu lembaran tanpa menemukan ungkapan-ungkapan yang harus diterima oleh sekalian orang. Susunan fragmenter ini, mengemukakan teks-teks, moto dan peraturan- peraturan yang sempurna sendirinya, sesuai bagi setiap orang untuk setiap peristiwa dalam hidup."

5. DR. J. Shiddily dalam buku "The Lord Jesus in the Qur'an", p. 111 , berkata: "Qur'an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru."

6. Laura Vaccia Vaglieri dalam buku "Apologie de I'Islamism, p. 57 berkata: "Dalam keselu-ruhannya kita dapati dalam kitab ini, suatu koleksi tentang kebijaksanaan yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang paling cerdas, filosof-filosof yang terbesar dan ahli-ahli politik yang paling cakap... Tetapi ada bukti lain tentang sifat Ilahi dalam Qur'an, adalah suatu kenyataan bahwa Qur'an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya wahyu itu hingga pada masa kini...Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh orang yang beriman dengan tiada jemu-jemunya. Keistimewaannya pula, Qur'an senantiasa dipelajari/dibaca oleh anak-anak sejak sekolah tingkat dasar hingga tingkat Profesor. " "Sebaliknya malah karena diulang- ulang ia makin dicintai sehari demi sehari. Qur'an membangkitkan timbul-nya perasaan penghormatan dan respek yang mendalam, pada diri orang yang membaca dan mendengarkannya.... Oleh karena itu bukan dengan jalan paksaan atau dengan senjata, tidak pula dengan tekanan mubaligh-mubaligh yang menyebabkan penyiaran Isiam besar dan cepat, tetapi oleh kenyataan bahwa kitab ini, yang diperkenalkan kaum Muslimin kepada orang-orang yang ditaklukkan dengan kebebasan untuk menerima atau menolaknya adalah kitab Tuhan. Kata yang benar, mukjizat terbesar yang dapat diperlihatkan Muhammad kepada orang yang ragu dan kepada orang yang tetap berkeras kepala."

7. Prof. A. J. Amberry , dalam buku "De Kracht van den Islam", hlm. 38, berkata: "Qur'an ditulis dengan gaya tak menentu dan tidak teratur, yang menunjukkan bahwa penulisnya di atas segala hukum-hukum pengarang manusia."

8. G. Margoliouth dalam buku "Introduction to the Koran" (kata pendahuluan untuk buku J. M. H. Rodwell), London, 1918, berkata: "Diakui bahwa Our'an itu mempunyai kedudukan yang penting diantara kitab-kitab Agama di dunia. Walau kitab ini merupakan yang terakhir dari kitab-kitab yang termasuk dalam kesusasteraan ini, ia tidak kalah dari yang mana pun dalam effeknya yang mengagumkan, yang telah ditimbulkannya terhadap sejumlah besar manusia yang telah menciptakan suatu phase kemajuan manusia dan satu tipe karakter yang segar."

9. George Sale dalam buku "Joseph Charles Mardrus-Premilinary Discourse", berkata: "Di seluruh dunia diakui bahwa Qur'an tertulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang paling tinggi, paling murni....diakui sebagai standard bahasa Arab... dan tak dapat ditiru oleh pena manusia... Oleh karena itu diakui seba gai mukjizat yang besar, lebih besar daripada membangkitkan orang mati, dan itu saja sudah cukup untuk meyakinkan dunia bahwa kitab itu berasal dari Tuhan." 10. E. Denisen Ross dari "Introduction to the Koran-George Sale", p. 5, berkata: "Qur'an memegang peranan yang lebih besar terhadap kaum Muslimin daripada peranan Bible dalam agama Kristen. Ia bukan saja merupakan sebuah kitab suci dari kepercayaan mereka, tetapi juga merupakan text book dari upacara agamanya dan prinsip-prinsip hukum kemasyarakatan.....Sungguh sebuah kitab seperti ini patut dibaca secara meluas di Barat, terutama di masa-masa ini, di mana ruang dan waktu hampir telah dipunahkan oleh penemuan-penemuan modern."

11. James A. Michener dalam "Islam the Misun-derstood Religion Readers Digest", Mei 1955, berkata sebagai berikut: "Berita Qur'an inilah yang mengusir patung--patung dewa, dan memberikan ilham kepada manusia untuk merevolusikan hidup dan bangsa mereka.... Kombinasi antara persembahan kepada Satu Tuhan ditambah dengan perintah prakteknya yang membuat Qur'an menjadi khas. Bangsa yang beragama di Timur yakin bahwa negara mereka hanya akan diperintah dengan baik apabila hukum--hukumnya sejalan dengan Qur'an.

12. W.E. Hocking dalam "Spirit of World Politics -New York 32", p. 461 , berkata: "...saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa Qur'an berisi amat banyak prinsip-prinsip yang diperlukan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa hingga pertengahan abad ke-13, Islamlah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat."

13. Napoleon Bonaparte

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.

a. Dari "Stanislas Cuyard-Ency des Sciences Religioses", Paris, 1880, jilid IX, p. 501 berkata sebagai berikut: " Selama abad-abad pertengahan, sejarah Islam peradaban sepenuhnya. Berkat keuletan kaum Musliminlah maka ilmu pengetahuan dan falsafah Yunani tertolong dari kebinasaan, dan kemudian datang membangunkan dunia Barat serta membangkitkan gerakan intelektual sampai pada pembaruan Bacon. Dalam abad ke-7 dunia lama itu sedang dalam sakaratulmauit. Muhammad memberi kepada mereka sebuah Qur'an yang rnerupakan titik tolak ke arah dunia baru."

b. Dari buku "Bonaparte et I'Islarn oleh Cherlifs, Paris, p. 105, berkata sebagai berikut: "I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur'an wich alone can lead men to happiness. Artinya: Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip--prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur'an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.
"Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah [***], pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya ?" ( Lihat Kejadian 19:30-31 )
Berikutnya :
"Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut.... saya katakan, semua matahari dan planet-planet ...."
Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :
"Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa."

"Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam."

Akhirnya ia berkata :
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping."

Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab.
Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan AlQuran daripada Alkitab, juga semua cerita yang melatar belakanginya.

PENDAPAT ILMUWAN

PENDAPAT ILMUWAN


1. Prof. DR. Joe Leigh Simson
Ketua Jurusan Ilmu Kebidanan dan Ginekologi dan Professor bidang Moleculer dan Genetika Manusia,
Baylor College Medicine, Houston
"Agama dapat menjadi petunjuk yang berhasil untuk pencarian ilmu pengetahuan. Dan agama ISLAM dapat mencapai sukses dalam hal ini. Tidak ada pertentangan antara ilmu GENETIKA dan AGAMA. Kenyataan di dalam ALQURAN yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid. Al-Quran yang berasal dari ALLAH mendukung Ilmu Pengetahuan"

2. Prof. Marshall Johson
Guru besar Ilmu Anatomi dan Perkembangan Biologi,
Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, Pennsylvania, AS
" Nabi Muhammad SAW sebagai buku ilmu pengetahuan dari ALLAH"

3. Prof. TVN Persaud
Ahli Anatomi, Ahli Kesehatan Anak-anak dan Ahli Ginekologi kebidanan dan Ilmu Reproduksi
di Universitas Menitoba, Winnipeg, Menitoba, Kanada.
" Al-Quran adalah sebuah kitab, petunjuk, kebenaran, bukti dankebenaran yang abadi bagi kita sampai akhir zaman"

4. Prof. Tejatat Tejasen Ketua Jurusan Anatomi Universitas Thailand, Chiang Mai
" Semua yang tertulis didalam Al-Quran pasti sebuah kebenaran yang dapat dibuktikan"

Pada saat Konferensi Kedokteran ke-8 di Riyadh ia berkata :

pada hari ketiga tahun-tahun terakhir ini, saya menjadi tertarik mempelajari Al-Quran. Tahun lalu Saya mendapati mendapati tulisan Professor Keith Moore terakhir dari Abdul Majid az-Zindani. Dia meminta saya menterjemahkan kedalam bahasa Thailand dan memberikan sedikit kuliah di Thailand. Saya telah memenuhi permintaannya. Anda dapat melihatnya dalam videotape yang saya berikan kepadanya sebagai sebuah hadiah. Dari Penelitian Saya dan apa yang saya pelajari secara keseluruhan dalam konferensi ini, saya percaya bahwa semuanya yang telah tertulis di dalam Al-Quran pasti sebuah KEBENARAN, yang dapat dibuktikan dengan peralatan ilmiah. Sejak Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat membaca maupun menulis, Muhammad pasti seorang utusan yang menyiarkan Kebenaran yang diturunkan kepadanya sebagai seorang yang dipilih oleh Sang Pencipta. Pencipta ini pasti ALLAH atau tuhan. Oleh karena itu, saya berfikir inilah saatnya saya mengucapkan kalimat "LAAILLAHA ILLALLAH (Tiada Tuhan Selain Allah) Muhammad Rasul Allah".

5. Prof. Alfred Kroner Ketua Jurusan Geologi Institute Geosciences,
Universitas Johannes Guttenburg, Maintz, Jerman
" .... Metode ilmiah modern sekarang membuktikan apa yang telah dikatakan Muhammad 1400 tahun yang lalu. Al-Quran adalah buku teks ilmu pengetahuan yang simple dan sederhana untuk orang yang sederhana ( ketika zaman rasulullah ilmu pengetahuan masih minim alias belum ada tapi sekarang dibuktikan )"

6. Prof. Palmer Ahli Geologi ternama Amerika Serikat.
" Al-Quran adalah kitab yang menakjubkan yang menggambarkan masa lalu, sekarang, dan masa depan."

7. Prof. Shroeder
Ilmuwan Kelautan dari Jerman.
" Ilmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang tertulis di dalam Al-Quran beberapa tahun yang lalu. Para Ilmuwan

sekarang hanya menemukan apa yang tekah tersebut di dalam Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu."


8. Prof. Yoshihide Kozai
Guru Besar Universitas Tokyo
Direktur The National Astronomical Observatory, Mikata, Tokyo, Jepang
" Dengan membaca Al-Quran, saya dapat menemukan jalan masa depan saya untuk investigasi alam semesta"

Sifat Alam Tersurat di Quran

Sifat Alam Tersurat di Quran

Di awal abad ke-20, ilmuan Jerman Alfred Wegener mengungkapkan, benua di bumi telah ditempatkan bersamaan dengan awal fase pembentukan bumi. Para ahli geologi memahami bahwa yang dikatakan Wegener adalah benar pada tahun 1980, setelah 50 tahun kematiannya.

Penemuan -- yang dilakukan pada awal abad 20 -- gerakan kerak bumi dijelaskan oleh para ilmuwan sebagai berikut. Kerak terluar bumi dengan ketebalan 100 km persegi, terbagi atas dua bagian: yang disebut sebagai semacam piringan. Ada 6 piringan-piringan utama, dan beberapa berukuran kecil.

Menurut teori yang disebut plate tectonics, piringan-piringan ini bergerak di atas bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Gerakan benua telah diukur yaitu 1 - 5 cm per tahun. Karena piringan-piringan tersebut terus-menerus bergerak, hal ini menyebabkan perubahan secara perlahan pada geografi bumi. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantik menjadi lebih lebar sedikit demi sedikit.

Fakta ilmiah itu, sesungguhnya telah tercantum pada Alquran.

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. Begitulah perbuatan Alloh yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Surat an-Naml, 88)

Ada hal penting yang dinyatakan di sini: Allah telah menunjukkan gerakan gunung-gunung sebagai suatu gerakan terapung dalam ayat tersebut. Kini, ilmuan modern menggunakan istilah continental drift atau benua yang mengapung untuk mengatakan hal ini.

Selain itu, Quran pun menyebutkan, gunung-gunung memiliki fungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh seorang pun pada zaman Al Quran diturunkan pertama kali. Ini merupakan fakta yang membawa pencerahan masa kini sebagai hasil penemuan geologi modern.

Berdasarkan penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tabrakan dari lapisan massive yang membentuk kulit bumi. Ketika dua lapisan tadi bertabrakan, lapisan yang lebih kuat berada di bawah lapisan lainnya, dan lapisan yang berada di atas mengkerut dan membentuk dataran tinggi atau gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah tanah dan membentuk suatu lapisan bawah yang luas dan dalam. Ini berarti gunung-gunung yang terbentang di bawah daratan memiliki ukuran sama besarnya dengan yang terlihat di permukaan bumi.

Dalam sebuah tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut: Jika benua-benua berukuran lebih tebal, setebal gunung-gunung itu, kerak bumi akan terbenam lebih dalam di dalam lapisan. Dalam sebuah ayat, peranan gunung ditegaskan melalui sebuah perbandingan dengan pasak. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak? (Surat an-Naba, 6-7)

Dengan kata lain gunung-gunung menggenggam lapisan dalam kerak bumi bersamaan dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik hubung lapisan-lapisan ini. Dengan cara ini, mereka mengokohkan kerak bumi dan menjaga agar tidak terapung di atas magma pada lapisan tersebut.

Singkatnya, kita bisa mengandaikan gunung-gunung seperti paku yang menjaga lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.

Fungsi pengokohan dari gunung-gunung ini dijelaskan dalam literatur ilmiah dengan terminologi isostasy. Isostasy diartikan sebagai keseimbangan dalam kerak bumi oleh suatu gerakan material bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi.

Peranan vital gunung-gunung yang ditemukan ahli geologi modern dan penelitian seismic telah dinyatakan dalam Alquran berabad-abad silam sebagai suatu contoh kearifan yang agung dalam karya-karya Tuhan. Dan telah kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu tidak goncang bersama mereka (Surat al-Anbiya: 31).

Hal lain, ahli oceanography masa kini, menemukan sifat lautan yang bertemu bersama yang sebelumnya, tidak berpadu satu sama lain. Penyebabnya, kekuatan fisika yang dinamakan ''tekanan/tegangan permukaan'', perairan pada laut-laut yang bersebelahan tidak menyatu. Ini karena perbedaan densitas/kerapatan laut-laut tersebut, tekanan/tegangan permukaan mencegahnya dari berpadu satu sama lain seakan-akan ada dinding tipis diantaranya. Sifat lautan itu pun tersurat di Alquran.

Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing (Surat ar-Rahman: 19-20)

Perluasan Alam Semesta di Al Quran

Perluasan Alam Semesta di Al Quran

Di saat pengetahuan astronomi masih primitip, Al Quran telah melukis proses terjadi alam semesta.

Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya (Surat adh-Dhariyat: 47)

Kata langit, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan dalam beberapa tempat dalam Alquran dengan arti permukaan dan semesta. Di Quran, disebutkan, alam semesta meluas. Hal ini merupakan kesimpulan yang diperoleh ilmu pengetahuan masa kini.

Hingga awal abad ke-20, pandangan umum dalam dunia ilmu pengetahuan bahwa alam semesta memiliki ukuran tetap dan ia ada dari dahulu kala. Penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, bagaimanapun juga, menyatakan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan dan ia mengalami ekspansi/meluas secara konstant.

Pada awal abad ke-20, Fisikawan Rusia Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgia George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta dalam gerakan konstan dan meluas. Fakta ini dibuktikan juga dengan pengamatan data pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi secara konstan bergerak menjauh satu sama lain.

Alam semesta, dimana segala sesuatu secara konstant bergerak menjauh satu sama lain diartikan sebagai alam semesta yang secara konstan meluas/mengembang/berekspansi.

Pengamatan yang dilakukan pada tahun-tahun berikutnya membuktikan bahwa alam semesta secara konstan mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Alquran pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Hal ini dikarenakan Alquran adalah firman Sang Pencipta, dan Pengatur seluruh penjuru alam semesta.

Tatkala mengacu pada matahari dan bulan dalam Alquran, dijelaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit tertentu.

Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar pada garis edarnya (Surat al-Anbiya, 33).

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah statis/diam, tetapi bergerak dalam orbit tertentu.

Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (Surah Ya Sin, 38)

Kenyataan di Alquran ini telah ditemukan dengan pengamatan astronomis saat ini. Menurut perhitungan ahli astronom, matahari berjalan pada kecepatan luar biasa, 720 ribu km per jam mengarah pada bintang Vega dalam orbit utama yang disebut Solar Apex. Hal ini berarti matahari berjalan kira-kira 17 juta 280 ribu kilometer dalam sehari.

Selain matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan dalam jarak yang sama. Selanjutnya, semua bintang dalam alam semesta berada dalam suatu gerakan terencana demikian. Bahwa seluruh alam semesta dipenuhi oleh garis edar dan orbit seperti ini, dinyatakan dalam Alquran sebagai berikut: Demi langit yang memiliki jalan-jalan (Surat adh-Dhariyat, 7).

Ada kira-kira 200 milyar galaksi dalam alam semesta yang masing-masing terdiri atas kira-kira 200 bintang. Segala benda-benda langit ini bergerak dalam orbit yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seperti berenang sepanjang orbitnya dalam keserasian yang sempurna dan tersusun bersama satu dengan lainnya. Selanjutnya, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang orbit yang ditetapkan baginya.

Orbit di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam hitungan, suatu orbit yang sangat terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini melenceng ke lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Ternyata, telah diamati bahwa sejumlah galaksi melintas satu sama lain tanpa satupun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Sesungguhnya, pada saat Alquran diturunkan pertama kali, manusia tidak memiliki teleskop zaman ini ataupun teknologi observasi tingkat tinggi untuk mengamati ruang angkasa dengan jarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika atau astronomi modern. Selanjutnya, pada saat itu, tidaklah mungkin untuk menetapkan secara ilmiah bahwa ruang angkasa dipenuhi lintasan dan orbit sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Namun demikian, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Alquran yang diturunkan pada saat itu.

Masalah Genetika di Al Quran

Masalah Genetika di Al Quran

Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan (Surat an-Najm, 45-46)

Ilmu genetika, hingga beberapa waktu lalu, memperkirakan jenis kelamin ditentukan sel ibunya. Begitupun dipercaya bahwa jenis kelamin ditentukan sel jantan dan sel betina bersama-sama.

Benarkah? Alquran justeru memberikan penjelasan berbeda. Yaitu jenis kelamin laki-laki atau perempuan ditentukan sperma yang dipancarkan ke dalam kandungan.

Belakangan, perkembangan disiplin ilmu genetika dan biology molekuler, membenarkan secara ilmiah penjelasan pada Quran. Kini dipahami bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel sperma yang berasal dari laki-laki, dan perempuan, tidak memiliki peran apapun dalam proses ini.

Chromosom merupakan elemen utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur seorang manusia dinyatakan sebagai kromosom seks. Dua kromosom ini dinamakan XY pada laki-laki dan XX pada wanita. Ini karena bentuk kromosom-kromosom ini mirip dengan huruf-huruf tersebut. Kromosom Y membawa gen yang menandakan jenis laki-laki, sedangkan kromoson X membawa gen yang menandakan perempuan.

Pembentukan seorang manusia baru, berawal dari kombinasi silang salah satu kromosom-kromosom ini, yang berada dalam pasangan laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, kedua komponen sel kelamin, yang terbelah dua selama ovulasi, membawa kromosom X. Jenis kelamin laki-laki, di sisi lain, memproduksi jenis sperma yang berbeda, satu mengandung kromoson X dan yang lainnya mengandung kromosom Y. Jika sebuah kromosom X dari perempuan bergabung dengan sebuah sperma yang mengandung kromosom X, maka bayi tersebut adalah perempuan. Jika ia bergabung dengan sperma yang mengandung kromosom Y, maka bayi tersebut adalah laki-laki.

Tak satupun dari hal ini diketahui sampai penemuan ilmu genetika pada abad ke 20. Sesungguhnya, pada beberapa peradaban, dipercaya bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh tubuh perempuan. Itulah mengapa wanita-wanita dipersalahkan bila melahirkan anak perempuan. Tiga belas abad sebelum gen manusia ditemukan, Alquran telah menyampaikan berita yang menolak khurafat ini. Quran pun menjelaskan bahwa asal mula jenis kelamin bukanlah terjadi dari perempuan tetapi dengan air mani laki-laki.

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan ovum/sel telur wanita, intisari bayi yang akan dilahirkan terbentuklah. Sel tunggal yang diketahui sebagai
zigot dalam ilmu biologi secara langsung akan mulai bereproduksi dengan membelah diri dan akhirnya menjadi segumpal daging. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat manusia dengan bantuan mikroskop.

Namun, zigot tersebut tidak melewatkan periode pembentukan/pembelahan nya dengan kekosongan. Ia melekat pada uterus seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui tali ini, zigote bisa mendapatkan zat-zat penting bagi pembentukannya dari tubuh ibunya.

Di sini, pada titik ini, sebuah keajaiban Alquran terlihat. Saat menunjukkan zigot yang terbentuk dalam kandungan ibu, Alloh menggunakan kata alaq dalam Alquran:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah) (Surat al-Alaq, 1-3)

Arti kata alaq dalam bahasa Arab adalah suatu benda yang menancap/menempel pada suatu tempat. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah/pacet yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pengetahuan ilmiah yang tersingkap itu, selaras dengan berita pada Alquran. Keselarasan ini kian membuktikan bagi umat manusia -- bahkan tak sekadar bagi umat Islam -- Alquran itu suara kebenaran dari-Nya.

Kebesaran Allah pada Planet Bumi

Kebesaran Allah pada Planet Bumi

Pernahkan anda berpikir bahwa setiap sesuatu diciptakan untuk manusia saja?

Ketika seseorang yang beriman kepada Allah mengamati segala sesuatu beserta sistem yang ada -- hidup ataupun tak hidup -- yang ada di jagad raya dengan menggunakan mata yang penuh perhatian, ia melihat bahwa segalanya telah diciptakan untuk manusia. Ia mengetahui bahwa tak satupun yang muncul dan menjadi ada di dunia secara kebetulan. Namun diciptakan Allah dalam keadaan yang sangat sesuai untuk kehidupan manusia.

Misalnya, dari dulu hingga sekarang manusia dapat bernapas tanpa susah payah di setiap saat. Udara yang ia hirup tidak membakar saluran hidungnya, tidak membuatnya mabuk ataupun sakit kepala. Komposisi unsur-unsur ataupun senyawa-senyawa gas dalam udara telah ditetapkan dalam jumlah yang paling sesuai untuk tubuh manusia.

Seseorang yang memikirkan hal ini teringat akan hal lain yang sangat penting: seandainya kadar oksigen dalam atmosfer sedikit lebih atau kurang dari yang ada sekarang, dalam dua keadaan tersebut kehidupan akan hancur. Ia lalu ingat betapa susahnya bernapas ketika berada dalam tempat yang tidak mengandung udara.

Ketika seorang yang beriman terus-menerus memikirkan masalah ini, ia akan selalu bersyukur kepada Tuhannya. Ia melihat bahwa atmosfir bumi dapat saja dibuat sedemikian rupa sehingga membuatnya susah untuk bernapas sebagaimana banyak planet-planet yang lain.

Namun tidak demikian kenyataannya: atmosfer bumi diciptakan dalam keseimbangan dan keteraturan yang demikian sangat sempurna sehingga membuat jutaan manusia bernapas tanpa susah payah.

Seseorang yang tiada henti memikirkan tentang planet dimana ia hidup, menyadari betapa pentingnya air yang diciptakan Allah untuk kehidupan manusia. Kemudian ia pun berpikir: manusia pada umumnya paham tentang pentingnya air hanya ketika mereka kekurangan air dalam waktu yang lama.

Air adalah substansi yang kita butuhkan setiap saat dalam hidup kita. Misalnya, sebagian besar dari sel-sel tubuh, dan darah yang menjangkau setiap bagian kecil dari tubuh kita tersusun atas air. Jika tidak demikian, maka fluiditas darah akan berkurang dan darah akan sangat sulit mengalir di dalam pembuluh vena. Fluiditas air tidak hanya penting bagi tubuh kita akan tetapi juga untuk tumbuh-tumbuhan. Air mampu menjangkau bagian yang paling ujung dari daun dengan melalui pembuluh-pembuluhnya yang halus seperti benang.

Massa air yang sangat besar di lautan menjadikan bumi kita tempat yang dapat didiami. Jika proporsi lautan di bumi menjadi lebih kecil dari daratan, di mana-mana akan berubah menjadi gurun yang tidak memungkinkan adanya kehidupan.

Seseorang yang sadar dan berpikir tentang hal ini akan benar-benar yakin bahwa adanya keseimbangan yang begitu sempurna di bumi sudah pasti bukanlah sebuah kebetulan. Setelah menyaksikan dan memikirkan fenomena tersebut, akan tampak bahwa segala sesuatu diciptakan dengan sebuah tujuan oleh Pencipta yang Maha Tinggi dan Pemilik Kekuatan yang Abadi.

Di samping itu, ia juga sadar bahwa contoh-contoh yang telah ia pikirkan sebagaimana di atas sangatlah terbatas. Sungguh, tidaklah mungkin untuk menyebutkan jumlah seluruh contoh-contoh yang berkenaan dengan keseimbangan yang sempurna di bumi.

Bagi orang yang berpikir, ia akan dapat dengan mudah menyaksikan keteraturan, kesempurnaan dan keseimbangan yang terlihat jelas di setiap sudut jagad raya, dan dengannya mencapai suatu kesimpulan bahwa segala sesuatu diciptakan Allah untuk manusia.

Allah berfirman dalam Al Quran:
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Al-Jaatsiyah, 45: 13)

Islam Menyelesaikan Permasalahan

Islam Menyelesaikan Permasalahan

Seseorang yang menyandarkan dirinya pada prinsip-prinsip dalam Alquran selalu sanggup menyelesaikan permasalahan hidupnya dan senantiasa bertindak bijaksana. Demikianlah, orang yang hidup dengan prinsip tersebut tak pernah merasakan frustasi, bagaimanapun rumit keadaan yang dihadapi. Karena itulah, dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai/ajaran agama, tak seorang pun dari mereka yang tak dapat menyelesaikan masalahnya.

Ketika nilai agama tidak ditegakkan, manusia tidak menampakkan kemanusiaannya. Permasalahan sederhana sekalipun, tidak akan terselesaikan secara bijaksana dalam masyarakat tak beragama. Masyarakat demikian menghadapi kesukaran terus-menerus sepanjang hidupnya. Jangankan mencari penyelesaian, justru mereka mencari masalah dalam kesehariannya, seolah-olah itu adalah malapetaka yang tak mungkin terselesaikan.

Karena tak sanggup menyelesaikan masalah yang bertubi-tubi dalam setiap segi kehidupannya, mereka kemudian berputus asa dan menggugat. Sementara itu, karena gagal mempertahankan alasan, mereka tak mendapatkan satupun pemecahan. Bahkan jika mereka mendapatkannya, hal itu terbukti tidak rasional, karena yang mereka dapatkan berasal dari pemikiran dangkal.

Alasan utama mengapa konflik senantiasa tak terselesaikan dalam masyarakat yang jauh dari agama adalah anggota masyarakat sendiri tidak mampu menyelesaikan persoalan pribadinya. Seseorang yang tidak menyandarkan dirinya pada prinsip-prinsip Islam akan mengatasi persoalannya dengan cara-cara mereka sendiri.

Dalam hal ini, dia berusaha memuaskan diri sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang banyak. Dalam setiap tindakannya, dia tak mau menghadapi resiko, dan tak mau menghabiskan tenaga dan biaya, atau mengambil tanggung jawab yang bermanfaat bagi kepentingan orang lain.

Bahkan hal sepele yang gampang diatasi menjadi teka-teki baginya. Setiap orang ingin mempengaruhi orang lain, bertindak menjilat atasannya, ingin kedudukannya diakui, atau paling tidak ingin menjadi orang yang selalu memberi “kata akhir” atau keputusan. Kepribadian yang demikian menyebabkan orang lain tak bisa memberikan sumbang sih pemikiran.

Alasan dibalik kedunguan orang yang tak mau hidup dengan prinsip-prinsip agama yang ingin membawa kesimpulan yang memuaskan dinyatakan dalam ayat berikut ini: Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (QS. Al-Hasyr: 14).

Contoh paling sering terlihat dalam program diskusi terbuka yang ditayangkan di televis. Peserta mendiskusikan suatu hal selama berjam-jam. Karena setiap orang cenderung mengeluarkan argument/bantahan, didapatlah ketidaksepakatan yang bersifat umum.

Para peserta barangkali membenarkan pemikiran lawan bicaranya, akan tetapi kesombongan mencegah mereka mengakuinya, dan yang paling penting bagi mereka semata-mata menunjukkan perlawanan. Hal ini dikarenakan, yang sesungguhnya ingin dicapai bukanlah kebenaran, akan tetapi menjadi orang yang memberikan keputusan akhir.

Yang mengherankan, selama diskusi, berbagai masalah, konflik dan perbedaan cenderung meningkat. Sesungguhnya, dari awal mereka memang tak berniat untuk menemukan solusi. Mereka membangun dan bernaung dalam kesombongan philosophi, berpedoman bahwa materi sesungguhnya adalah berdiskusi, berekspresi, dan mengubah cara pandang orang. Mereka berpikir bahwa wajar saja ketika tidak mendapati solusi setelah bediskusi berjam-jam.

Orang-orang beriman, menyadari bahwa Allah memperhitungkan segala sesuatu, mengharuskan orang bertindak bijaksana dan hati-hati dalam setiap keadaan. Mereka membuat keputusan paling tepat dan menemukan solusi terbaik.

Mereka dapat memutuskan segala permasalahan dengan cepat tanpa terhalang apapun, karena mereka dituntun oleh moral terbaik, tanggung jawab, dan kemampuan berpikir yang diilhami oleh ajaran Alquran. Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka (QS. Asy-Syuura: 38). Setiap saat mereka mengambil pilihan yang paling diridhai Allah. Tak satupun hal yang bertentangan dengan keadilan dan kebenaran, meski barangkali itu berlawanan dengan kepentingan atau kepuasan pribadi mereka.

Hanya mengabdi pada Allah dan mengharap imbalan hanya dari-Nya, orang mukmin tak pernah mencari pengakuan dari orang lain, mencari gelar di mata manusia ataupun disanjung oleh mereka. Oleh karenanya, dalam setiap keputusan yang mereka ambil, mereka senantiasa menerima dukungan, bimbingan, ilham, dan hikmah dari Allah.

Orang beriman memiliki ketakutan dan ketundukan yang sangat pada aturan Allah, sehingga ia diberi furqaan untuk membedakan yang hak dan yang bathil (QS. Al-Anfal: 29) sehingga ia tiba pada keputusan yang tepat. Mereka pun akan mendapatkan “jalan keluar” (QS. Ath-Thalaq: 2) dan kemudahan dalam segala urusan (QS. Ath-Thalaq: 4).

10 Tips Sukses

Sepuluh Tip Sukses Right Here, Right Now

Sepuluh tahun yang lalu, kalau saya ditanya apakah tip sukses saya,
mungkin saya tidak bisa menjawab. Sekarang, sukses bagi saya
bukanlah ketika buku saya menjadi best-seller atau ketika menerima
pujian untuk artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal terkemuka di
Inggris Raya. Sukses bukan pula ketika saya dan suami berhasil juga
membeli rumah di San Francisco Bay Area dengan keringat sendiri
setelah hampir sepuluh tahun merantau di Negeri Paman Sam.

Sukses bagi saya adalah mindset. Sukses adalah saya; saya adalah
sukses. Sukses bukan tujuan, bukan pula perjalanan. Success is about
being dan becoming.

Berani dan overconfident kedengarannya? Mungkin, yang jelas ribuan
bahkan jutaan manusia "sukses" di dunia alias manusia bermental
juara mempunyai mindset seperti ini.

Apakah Anda perlu menjadi juara tenis tingkat Wimbledon atau juara
golf profesional di PGA Pebble Beach untuk disebut "sukses"? Apakah
Anda perlu mengendarai Corvette dan Lexus SUV hybrid? Jelas tidak.
Seorang bermental juara alias bermindset "orang sukses" bisa jadi
hanyalah seorang salesman saja.

Ambillah contoh Bill Porter, seorang salesman door-to-door dari
Portland, Oregon yang terlahir dengan cerebral palsy. Ia berjalan
kaki setidaknya 10 mil perhari selama 40 tahun dengan tertatih-tatih
setiap hari tanpa mengeluh. Hebatnya, karena tubuhnya bagian kiri
tidak bekerja sebagaimana orang normal, ia sebenarnya sangat sulit
untuk berjalan tegak dan berbicara dengan jelas. (Baca
www.billporter.com, filem Door to Door dan buku berjudul Ten Things
I Learned from Bill Porter oleh Shelly Brady.) Dengan penghasilan
pas-pasan dari seorang salesman rumah ke rumah, jelas di mata orang
awam ia tidaklah termasuk kategori "sukses secara finansial."

Namun, bagi saya, Bill Porter adalah salah satu orang paling sukses
di dunia yang amat sangat saya kagumi. Salah satu cita-cita saya
adalah bertemu muka dengan beliau suatu hari.

Nah, lantas apa resep 10 tip sukses concoction ala Jennie?

Satu, bersyukurlah atas hari ini. "Just to be alive is a grand
thing," kata Agatha Christie, salah satu novelis detektif terkemuka.
Jauhkanlah perasaan depresi dan sedih tanpa juntrungan. Jalani
setiap hari dengan hati penuh syukur. Ingatlah akan Bill Porter.
Kalau dia bisa jadi seorang salesman berhasil, apapun yang Anda
inginkan sebenarnya pasti bisa tercapai.

Dua, belajarlah seakan-akan Anda akan hidup selamanya, hiduplah
seakan-akan Anda akan mati besok. Mohandas Gandhi pernah berkata
demikian, "Live as if you were to die tomorrow, learn as if you were
to live forever." Belajar terus, upgrade diri terus dengan berbagai
cara baik yang memerlukan effort maupun effortlessly.

Tiga, setiap ketrampilan pasti ada penggunanya. Ini saya dapat dari
salah satu sahabat saya seorang wanita blonda dari San Diego.
Sahabat saya Crystal ini pernah membesarkah hati saya, "There are
all kinds of writers, there are all kinds of readers." Ketika saya
down karena merasa incompetent bertarung dengan penulis-penulis
lokal di sini, Crystal mengingatkan bahwa setiap jenis penulis pasti
ada pembacanya (niche). Find your niche, so you find your place in
the world.

Empat, bukalah jalan sendiri, orisinil. Ralph Waldo Emerson once
said, "Do not go where the path may lead, go instead where there is
no path and leave a trail." Jangan latah mengikuti orang lain,
dengar kata hati dan ikutilah jalan yang belum kelihatan.

Lima, belajar mencintai apa yang Anda punyai, bukan berangan-angan
akan apa yang Anda tidak miliki. Use whatever you have at hand,
impian hanya akan menjadi nyata kalau Anda menggunakan instrumen
yang kasat mata saat ini juga.

Enam, lihat apa yang kelihatan dan lihat apa yang belum kelihatan.
Gunakan visi dan misi untuk mengenal apa yang Anda tuju. Seringkali,
apa yang belum kelihatan adalah blue print untuk sukses Anda. Begitu
kelihatan, ia akan menjadi semacam de ja vu.

Tujuh, telan kepahitan hidup dan bersiap-siaplah dalam menyongsong
hari baru. Setiap hari adalah hari baru. Bangunlah tiap pagi dengan
hati yang curious akan apa yang akan Anda alami hari itu. Be
excited, be courageous to start the day.

Delapan, semakin banyak Anda memberi, semakin banyak Anda akan
menerima. The more you give, the more you get in return. Dalam
marketing, ini mungkin disebut sebagai taktik public relations atau
publicity. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, ini juga berlaku
tanpa diselipi dengan iming-iming tertentu. Saya sendiri sudah
membuktikannya. Semakin banyak kita memberi (dalam arti luas, tidak
terbatas uang dan materi), semakin besar penghargaan dan berkat yang
kita terima.

Sembilan, jadilah mentor diri sendiri. What would Oprah do? Itu yang
saya pakai sebagai ukuran. Saya tidak memilih Nabi atau pembesar
negara, namun seorang wanita berkulit berwarna yang telah
membalikkan nasibnya sendiri menjadi salah satu orang berpengaruh di
dunia.

Sepuluh, saya eksis dengan maupun tanpa tubuh saya. Setidak-tidaknya
sekali sehari, saya mengingatkan diri sendiri bahwa hidup ini
bukanlah untuk selamanya. Maka berbuatlah terbaik pada saat ini
juga. Jangan tunggu-tunggu lagi. "Just do it," kata Cher di Farewell
Concertnya beberapa tahun yang lampau. I do my best every chance I
have. Berbuatlah terbaik di setiap kesempatan, karena itu mungkin
yang terakhir.

Ingatlah sukses bukanlah tujuan, bukan pula perjalanan. Sukses
adalah mindset. Bukan hanya cogito er go sum (saya berpikir maka
saya ada), namun sum ego prosperitas (sukses adalah saya).

Sumber: Sepuluh Tip Sukses Right Here, Right Now by Jennie S. Bev.
Jennie S. Bev is a prolific author and co-author of 17 books and
over 850 articles published in the United States, Canada, UK,
France, Germany, Singapore and Indonesia. She is based in scenic
Northern California where she resides with her husband.
####################################################################
Ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik??, Silahkan bergabung Milis
Lowongan Kerja Terbesar di Indonesia dengan mengirimkan email kosong
ke: indonesia_headhunter-subscribe@yahoogroups.com

Otomatis anda akan langsung mendapat kiriman file di bawah ini:

1. Daftar 54 Perusahaan "Executive Search " (Head Hunter) di Indonesia

2. Berbagai Tips:
- Tips membuat CV menarik
- Menjawab dengan cerdas, taktis dan optimis pada saat Wawancara Kerja
- Cara berpakaian yang baik dalam wawancara
- Ketrampilan yang paling dicari perusahaan
- Perubahan Paradigma Dalam Berkarir

3. Daftar 35 Website Lowongan Kerja

Rahasia Tubuh Kita

Rahasia Tubuh Kita

Orang sering bingung mengenai kesadaran dan kendaraannya, manusia dan pakaian yang dikenakannya. Kita telah mencapai tahapan belajar di mana hal-hal yang sebelumnya gelap kini telah menjadi terang, yang sebelumnya kabur menjadi jelas dan pasti, yang sebelumnya hanya diterima sebagai teori kini menjadi pengetahuan utama. Karena itu kita dapat menyusun fakta-fakta dalam urutan yang jelas, fakta yang dapat diamati dan diamati kembali oleh pelajar sejalan dengan perkembangan kemampuannya, dan menyatakannya dengan kepastian yang serupa dengan kepastian ahli fisika yang mengamati fenomena fisika. Sebagaimana para ahli fisika, ahli metafisika pun dapat keliru, tetapi begitu pengetahuan meluas, pandangan baru muncul di atas fakta-fakta lama, kaitan mereka makin jelas terlihat, dan penampakan mereka berubah - seringkali karena pandangan baru itu menunjukkan bahwa apa yang dahulu merupakan keseluruhan, kini hanya merupakan fragmen saja. Tiada otoritas di sini; pandangan itu dikomunikasikan antar pelajar sebagai upaya untuk mereproduksi apa yang telah diajarkan tetapi tidak diterima secara sempurna, bersama dengan hasil-hasil pengamatan para pelajar itu dalam kemampuannya yang terbatas.

Pada awal studi, kita perlu mengubah kebiasaan lama dan perlu membedakan antara manusia dan tubuh-tubuh yang ditinggalinya. Kita terbiasa dengan mengidentifikasi diri sebagai pakaian luar yang kita kenakan, terlalu cenderung untuk menganggap diri sendiri adalah tubuh kita. Bila kita ingin memahami konsepsi yang benar, kita perlu meninggalkan identifikasi bahwa kita adalah wadah yang kita tempati atau pakaian yang kita kenakan yang pada akhirnya akan kita tinggalkan dan akan diganti dengan yang baru bila kita inginkan. Mengidentifikasi diri dengan tubuh-tubuh yang hanya merupakan eksistensi sementara ini merupakan kebodohan dan tidak masuk akal sebagaimana mengidentifikasi diri kita dengan pakaian kita. Kita tidak tergantung dari pakaian itu, yang nilainya hanyalah sebesar manfaatnya.

Kekeliruan selalu dilakukan dalam mengidentifikasi kesadaran, yaitu Diri kita sendiri, dengan kendaraan yang hanya berfungsi untuk sementara. Kekeliruan ini dapat dimaklumi karena kesadaran terbangun dan kesadaran mimpi, hidup dan bekerja dalam tubuh, dan tidak dianggap terpisah oleh orang awam. Namun pemahaman intelektual atas kenyataan sesungguhnya dapat diperoleh. Kita dapat melatih diri kita untuk menganggap Diri sebagai pemilik kendaraan itu. Dengan pengalaman, hal itu akan berubah menjadi fakta yang pasti ketika kita belajar memisahkan Diri dari tubuh-tubuh kita, melangkah keluar dari kendaraan itu. Kita akan tahu bahwa kita ADA dalam kesadaran yang lebih penuh ketika di luar daripada ketika di dalam kendaraan itu, bahwa kita sama sekali tak tergantung darinya. Ketika keadaan ini tercapai, identifikasi Diri lebih lanjut dengan tubuh kita sudah tidak mungkin lagi, kita tak lagi keliru menganggap bahwa kita adalah pakaian yang kita kenakan.

Pemahaman intelektual itu sekurang-kurangnya dapat kita miliki, dan kita dapat melatih diri sendiri dengan kebiasaan membedakan antara Diri [manusia] dan tubuh-tubuhnya. Untuk melakukan ini pun kita perlu melangkah keluar dari ilusi yang menyelubungi kebanyakan orang, dan perlu mengubah seluruh kebiasaan kita ke arah kehidupan dan ke arah dunia, mengangkat kita ke wilayah yang lebih tinggi dari "perubahan dan peluang dalam kehidupan dunia," menempatkan kita di atas masalah-masalah remeh sehari-hari yang menyelubungi kesadaran, melihat proporsi yang benar antara yang senantiasa berubah dan yang ralatif permanen, dan membuat kita merasakan perbedaan antara orang yang tenggelam dipermainkan ombak dengan orang yang kakinya berpijak di atas batu karang yang tak goyah oleh gempuran ombak.

Manusia adalah dia yang hidup, yang sadar, Diri yang berpikir, individu. Tubuh adalah berbagai wadah atau kendaraan yang ditempati Diri. Tiap wadah memungkinkan Diri untuk berfungsi dalam wilayah tertentu dalam alam semesta. Sebagaimana orang yang dapat menggunakan kereta di darat, kapal di laut, dan pesawat terbang di udara untuk bepergian dari suatu tempat ke tempat lain, namun di mana pun ia tetap dirinya sendiri - begitu pula Diri, si Manusia Sejati, ia tetap dirinya sendiri dalam tubuh apapun ia bekerja. Jika kereta, kapal dan pesawat udara terbuat dari bahan yang berbeda dengan rancangan menurut bahan dan fungsi dan tempat bergeraknya, maka tiap tubuh bervariasi menurut lingkungan di mana ia akan berfungsi. Tubuh yang satu lebih kasar dari tubuh yang lain, mempunyai kemampuan yang tidak sama satu sama lain; tetapi semua mempunyai kesamaan: bagi manusia, semuanya sementara, instrumen, pelayan (hamba), dapat aus dan diperbarui menurut sifatnya, dan diadaptasikan untuk keperluan yang bervariasi menurut perkembangan dayanya. Kita akan mempelajari tubuh-tubuh itu satu persatu mulai dari yang paling rendah tingkatannya.

I. TUBUH FISIK

Dalam istilah tubuh fisik tercakup dua unsur bawah manusia. Karena berfungsi dalam dataran fisik, keduanya terdiri dari bahan fisik yang dibentuk untuk satu masa kehidupan fisik, berakhir pada saat kematian, dan mengalami disintegrasi ke dalam alam fisik jika ia kembali ke alam astral.

Keduanya merupakan bagian dari dataran fisik karena bahannya, dan tidak dapat lolos keluar dari dataran itu. Kesadaran yang bekerja di dalamnya terikat oleh batasan fisik, dan tunduk kepada hukum ruang dan waktu yang biasa. Meskipun dapat dipisahkan sebagian, keduanya jarang dipisahkan dalam kehidupan di dunia dan pemisahan semacam ini tidak dianjurkan, atau merupakan tanda-tanda adanya penyakit.

Kedua hal itu dibedakan dari bahannya: tubuh kasar dan tubuh halus atau kembaran ether. Yang terakhir ini adalah duplikat dari tubuh yang tampak, partikel demi partikel, dan merupakan medium yang menghantarkan aliran arus listrik dan arus hidup. Kepada arus-arus itulah aktivitas tubuh bergantung. Nama kembaran ether mengacu kepada sifat dan bahan dari bagian halus tubuh fisik; 'ether' karena ia memang terbuat dari ether, dan 'kembaran' karena merupakan duplikat yang persis sama dengan tubuh kasar, bayangannya.

Bahan fisik terbagi menjadi 7 macam yang dapat dibedakan satu sama lain, masing-masing menunjukkan keragaman yang luas dalam batas-batasnya sendiri. Ke-7 bagian itu adalah: padatan, cairan, gas, dan ether yang mempunyai 4 keadaan yang berbeda satu sama lain. Setiap bagian dari bahan itu dapat berubah menjadi bahan lain, meskipun pada suhu dan tekanan normal cenderung untuk menunjukkan suatu keadaan yang permanen, misalnya emas itu normalnya padat, air itu normalnya cairan, dan klor itu normalnya gas. Tubuh fisik manusia terdiri dari ke-7 macam benda tersebut. Tubuh kasar terdiri dari padatan, cairan dan gas; sedangkan kembaran ether terdiri dari ke-4 tingkatan ether, masing-masing Ether I, Ether II, Ether III, dan Ether IV.

Bila kebenaran ini disuguhkan kepada manusia, mereka mengeluh terlalu banyak kekaburan, dan bertanya: "Dari mana kita harus mulai jika kita ingin belajar sendiri untuk membuktikannya? Apa yang harus kita lakukan; kita hidup di dunia ini untuk memahami dan meneliti hal itu, bukan sekedar mempercayai mereka yang berkata bahwa mereka tahu?" Pertanyaan ini akan dijawab pada bab berikut, agar anda yang benar-benar ingin, dapat mengetahui langkah-langkah awal yang nyata. Diketahui bahwa langkah-langkah itu milik kehidupan. Sisi moral, intelektual dan spiritual merupakan sasaran dari latihan. Tiada perbuatan fisik semata-mata yang dapat menjadikan orang menjadi suci dan 'melihat'; tetapi memang benar bahwa tubuh merupakan instrumen yang kita pakai. Perlakuan tertentu terhadap tubuh diperlukan untuk mengarahkan langkah kita; sementara mengolah tubuh semata-mata tidak akan membawa kita ke ketinggian yang kita inginkan. Tubuh-tubuh tempat kita hidup dan berkarya adalah instrumen manusia. Yang mula-mula harus kita sadari adalah: bahwa tubuh itu ada untuk kita, bukan kita untuk tubuh; tubuh ini adalah milik kita untuk kita pergunakan, kita bukanlah milik tubuh, maka kita bukanlah alat untuk dipergunakan oleh tubuh.

Tubuh merupakan instrumen yang harus dibina, diperbaiki, disempurnakan, dilatih, dibentuk dan dibuat dari bahan-bahan yang sesuai sebagai instrumen dalam dataran fisik bagi tujuan mulia manusia. Segala sesuatu yang cenderung ke arah itu perlu didukung dan dipupuk; segala sesuatu yang berlawanan harus dihindarkan. Apapun yang dikehendaki tubuh, kebiasaan apapun yang ada di masa lalu, tubuh ini adalah milik kita, hamba kita, untuk kita pekerjakan menurut kehendak kita. Ketika tubuh itu menguasai kita dan mendakwa diri menjadi pembimbing bagi kita [bukan ia yang harus dipimpin oleh kita] maka pada saat itu seluruh tujuan hidup kita hancur, dan setiap jenis perkembangan menjadi tidak mungkin lagi. Dari titik inilah kita harus mulai.

Merupakan sifat dasar dari tubuh fisik, ia secara relatif mudah diubah menjadi hamba atau instrumen. Ia mempunyai sifat khas yang membantu kita dalam melatihnya, membimbingnya dan membentuknya. Salah satu keistimewaannya adalah ketika sudah terbiasa bekerja pada garis tertentu, ia mudah sekali mengikuti garis itu atas kehendaknya sendiri, dan dengan senang melakukannya. Bila mempunyai kebiasaan buruk, tubuh sangat kuat melawan terhadap perubahan kebiasaan; tetapi bila dipaksa untuk berubah, bila penghalang yang dipasangnya disingkirkan. Jika dipaksa untuk melakukan apa yang kita kehendaki, maka dalam waktu singkat tubuh itu dengan sukarela akan mengulang kebiasaan baru yang semula kita paksakan, dengan sukarela mengikuti metode baru sebagaimana ia mengikuti metode lama.

Mari kita tinjau tubuh kasar yang merupakan bagian yang tampak dari tubuh fisik, meskipun bahan gas tidak terlihat oleh mata fisik yang tak terlatih. Ini merupakan pakaian terluar manusia, manifestasinya yang terendah, ekspresi diri yang paling terbatas dan paling tak sempurna.

A. TUBUH KASAR

Terlebih dulu kita perlu menelaah bahan dari tubuh agar kita tahu bagaimana kita menanganinya, memurnikannya dan melatihnya. Kita perlu menengok pada serangkaian kegiatan yang berada di luar kendali kehendak, dan yang berada dalam kendali kehendak. Keduanya bekerja melalui sistem syaraf yang berbeda jenis.

Orang menjalankan semua kegiatan tubuh dalam memelihara kehidupan normal: kontraksi paru-paru, denyut jantung, gerakan sistem pencernaan. Ini dilakukan oleh sistem syaraf yang umumnya disebut "sympathetic system." Semula, dalam awal perkembangan fisik tubuh, sistem ini terkendali oleh sistem yang dimiliki hewan, namun kemudian secara bertahap bekerja secara otomatis; tidak lagi bekerja berdasarkan kehendak, tetapi bekerja hampir bebas dan menjalankan semua kegiatan vital normal dari tubuh. Orang yang sehat tidak memperhatikan kegiatan ini; ia tahu bahwa ia bernapas bila pernapasannya terganggu atau diperiksa, ia tahu bahwa jantungnya berdenyut jika denyutnya kasar atau tak teratur, tetapi jika semuanya baik, semuanya tak dihiraukan.

Namun dapat pula sistem syaraf sympathetic itu dikendalikan oleh kehendak melalui latihan-latihan yang sulit dan panjang. Kelompok Yogi di India yang disebut golongan Hatha Yoga, mengembangkan kemampuan ini untuk merangsang sistem kejiwaan bawah. Kemampuan itu dapat dicapai melalui perbuatan fisik langsung (dengan mengabaikan perkembangan spiritual, moral atau intelektual). Kaum Hatha Yogi belajar mengendalikan napasnya dengan memperlambat sampai demikian panjang agar dapat mengendalikan denyut jantungnya, mempercepat atau memperlambat aliran darah di bawah kehendak, dan dengan itu mendorong tubuh fisik ke dalam trance dan membebaskan tubuh halus.

Metode ini bukanlah metode yang diikuti dan baru dalam taraf dipelajari di Barat (yang cenderung untuk menganggap tubuh sebagai bersifat esensial) untuk mengetahui seberapa jauh seseorang dalam penguasaannya dapat menjalani proses fisik otomatik ini, dan untuk menyadari bahwa ribuan orang memaksakan diri sendiri untuk menjalani disiplin yang keras ini untuk membebaskan diri dari penjara tubuh fisiknya, dan untuk mengetahui bahwa mereka hidup ketika aktivitas tubuh dihentikan sementara. Sekurang-kurangnya mereka ingin, dan tidak lagi menjadi budak logika semata-mata.

Selanjutnya, kita mempunyai sistem syaraf sukarela, yang lebih penting bagi tujuan mental kita. Pikiran merupakan instrumen penting; dengan itu kita merasakan dan bergerak pada dataran fisik. Pikiran terdiri dari poros cerebro-spinal [otak], dan syaraf tulang belakang, tempat bermuara semua bagian jaringan syaraf tubuh, syaraf indera dan syaraf motorik - syaraf yang kita pergunakan untuk melakukan gerakan tubuh. Jaringan syaraf tubuh berhubungan dengan semua bagian tubuh, bergabung satu sama lain membentuk kelompok-kelompok yang pada akhirnya tersambung ke tulang belakang dalam bentuk substansi berserat, menuju ke atas dan kemudian dibagi-bagi di dalam otak, pusat dari semua indera dan gerakan bertujuan, yang dikendalikan oleh kehendak. Itulah sistem yang dipakai manusia untuk mengekspresikan kehendak dan kesadarannya, dan ini dapat disebut berkedudukan di dalam otak. Orang tak dapat melakukan apapun di dataran fisik kecuali melalui otak dan sistem syaraf. Jika keduanya rusak, ia tidak dapat lagi mengekspresikan dirinya dengan benar.

Inilah fakta yang mendasari materialisme yang puas dengan gagasan bahwa pikiran dan kegiatan otak bersama-sama; hanya berkaitan dengan dataran fisik saja. Memang keduanya bekerja-sama, tetapi perlu didatangkan gaya dari dataran lain [astral] untuk menunjukkan bahwa pikiran bukanlah hasil dari kerja syaraf. Jika otak dipengaruhi oleh obat-obatan, oleh penyakit atau oleh luka, pikiran orang yang memiliki otak itu tidak dapat menghasilkan ekspresi yang benar.

Kaum materialis juga menyebut bahwa jika seseorang menderita penyakit tertentu, pikiran akan terpengaruh. Penyakit yang langka, aphasia, merusak jaringan tertentu dalam otak di dekat telinga dan diikuti oleh hilangnya ingatan secara total [dalam batas perkataan]. Jika orang yang sakit seperti itu ditanyai, ia tak akan dapat menjawab; jika ditanya namanya, ia tidak dapat menjawab; tetapi jika kita sebut namanya ia akan menunjukkan tanda-tanda pengenalan, jika kita bacakan pernyataan-pernyataan ia dapat menunjukkan setuju atau menolak; ia mampu berpikir tetapi tidak mampu bicara. Rupanya, bagian otak yang lumpuh adalah yang berkaitan dengan ingatan mengenai kata-kata, sehingga ia disebut bisu, sementara ia tetap memiliki pikiran, dapat menyetujui dan menolak. Argumen kaum materialis patah bila orang itu dibebaskan dari ketak-sempurnaan instrumennya.

Inti permasalahannya bukan terletak pada berlaku atau tidaknya pandangan materialistik, tetapi dalam fakta bahwa manusia terbatas dalam kemampuannya berekspresi dalam dataran fisik oleh kemampuan perangkat fisiknya, dan bahwa perangkat ini tunduk pada hukum fisika; jika dapat dirusak, tentu dapat pula diperbaiki - sebuah pertimbangan yang sangat penting bagi kita.

Sistem syaraf ini, seperti halnya bagian tubuh yang lain, terdiri dari sel-sel, tubuh kecil berbatas dengan dinding dan isinya, tampak di bawah mikroskop, dan bervariasi menurut fungsinya. Sel-sel bergerombol membentuk molekul kecil, dan ini pun merupakan atom-atom secara kimia, tiap atom merupakan partikel kimia yang tak dapat dibagi. Atom-atom kimia ini menggabung satu sama lain dengan berbagai cara untuk membentuk gas, cairan dan padatan dari tubuh kasar kita. Bagi ahli Theosofi, tiap atom kimia merupakan sesuatu yang hidup yang mampu menjalankan kehidupan bebas, dan tiap gabungan atom membentuk kehidupan pula. Tiap sel memiliki kehidupannya sendiri; semua atom, molekul dan sel bergabung membentuk suatu kesatuan organik, suatu tubuh, hingga berfungsi sebagai kendaraan dari kesadaran yang lebih tinggi dari pada kehidupan unsur-unsur pembentuknya.

Partikel pembentuk tubuh kasar itu selalu datang dan pergi. Partikel-partikel itu merupakan gabungan atom-atom kimia yang sangat kecil dan tak tampak dengan mata biasa, tetapi sebagian dapat tampak di bawah mikroskop. Jika setetes darah diletakkan di bawah lensa mikroskop, kita dapat melihat tubuh-tubuh hidup yang bergerak di dalamnya, merah dan putih; yang putih sangat mirip dengan struktur dan kegiatan amoeba. Dalam berbagai penyakit, ditemukan jasad-jasad renik, baksil dari berbagai jenis. Para ilmuwan berkata bahwa di dalam tubuh kita terdapat jasad-jasad renik yang bersahabat dan tak bersahabat, sebagian bermanfaat, sebagian merugikan. Beberapa jasad renik datang dari luar tubuh untuk merusak atau menimbulkan penyakit, yang lain membantu memelihara kesehatan tubuh; keduanya menunjukkan dinamika kelangsungan perubahan tubuh kasar, mereka datang dan tinggal untuk beberapa waktu, lalu pergi dari bagian tubuh tertentu; suatu perubahan dan permainan yang terus berlanjut.

Kebanyakan manusia hanya tahu sedikit atau bahkan tak peduli dengan hal ini, namun pada mereka terdapat kemungkinan permurnian tubuh kasar agar menjadi kendaraan yang lebih baik bagi orang yang tinggal di dalam tubuh kasar itu. Orang awam membiarkan tubuhnya terbentuk sendiri dari bahan-bahan yang dimakannya tanpa memperhatikan sifatnya. Ia hanya peduli dengan rasa dan kesesuaian dengan selera. Ia tidak peduli apakah makanan itu sesuai atau tidak sesuai untuk memurnikan dan memuliakan tempat tinggal bagi dirinya, Diri Sejati yang senantiasa hidup. Orang itu tidak memperhatikan partikel-partikel yang datang dan pergi, tidak memilih, tidak menolak, membiarkan segalanya berlangsung, ibarat orang yang memungut sembarang bahan dari tempat sampah untuk membangun rumahnya.

Pemurnian tubuh kasar terdiri dari proses pemilihan bahan yang akan dijadikan pengganti tubuh yang rusak. Ia harus memilih bahan yang paling murni dan menolak bahan yang tidak murni. Secara alami partikel yang kita masukkan ke dalam tubuh, secara bertahap [paling lama dalam 7 tahun] akan lenyap melalui proses yang dapat dipercepat, dan ia secara tak sadar memasukkan bahan yang kotor untuk menggantikannya. Namun bila ia meningkatkan pemasukan bahan yang murni, ia membangun di dalam tubuhnya sepasukan tentara penjaga yang menghancurkan partikel buruk dari luar yang mungkin masuk di luar kesadarannya. Lebih lanjut ia melindungi dengan kehendak aktif bahwa bahan itu harus murni, yang bekerja secara magnetik, secara berlanjut mengusir semua bahan yang kotor dari lingkungannya hingga tidak memasuki tubuhnya, dan dengan demikian ia memblokir semua jalan masuk, sementara ia hidup di dalam lingkungan yang penuh dengan ketidak-murnian dari berbagai jenis.

Jika orang telah memutuskan untuk memurnikan tubuh dan menjadikannya instrumen yang sesuai bagi Diri untuk bekerja, ia telah mengambil langkah pertama, langkah yang harus diambil sebelum ia secara bersungguh-sungguh mempertanyakan "Bagaimana aku dapat melihat kebenaran?" Segala verifikasi pribadi dari fakta fisik tergantung dari tubuh fisik pemiliknya; ia tak dapat melakukannya selama ia terpenjara oleh tubuh atau selama tubuh itu tidak murni. Biarpun seseorang telah mencapai tingkatan yang tinggi, bila kemudian tubuhnya dibiarkan menjadi tidak murni; kemampuannya akan tumpul.

Seseorang telah memutuskan untuk memiliki tubuh yang murni, dan bahwa hal itu akan dicapainya dalam 7 tahun, atau ia memilih proses yang lebih cepat tetapi lebih sulit. Apapun pilihannya, ia dengan seketika harus mulai memilih bahan-bahan yang baik bagi tubuh barunya, dan ini berarti ia menetapkan diet. Ia mulai menolak segala jenis minuman yang mengandung alkohol karena mengandung jasad renik dan hasil-hasil dekomposisi yang berpengaruh buruk. Demikian pula dengan daging hewan menyusui, unggas, hewan melata dan ikan, termasuk udang-udangan dan moluska pemakan bangkai. Tubuh yang terbentuk dari bahan-bahan itu tak dapat dijadikan murni, peka, berimbang namun sehat, dengan ketangguhan dan kemurnian baja yang ditempa.

Perhatikan jagal dan penjual daging, dan pertimbangkan apakah tubuh mereka ideal bagi pemikiran tinggi bertema spiritual. Mereka hanyalah produk akhir dari gaya-gaya yang bekerja secara proporsional dari unsur-unsur tak murni yang disuplai ke dalam tubuh. Memang, tiada perhatian yang diberikan kepada tubuh fisik yang tenggelam dalam kehidupan spiritual, tetapi mengapa membiarkan diri memiliki tubuh yang tidak murni? Mengapa ia membiarkan kekuatan-kekuatannya, besar atau kecil, untuk dibatasi, ditekan, dikerdilkan dalam upaya mereka untuk berekspresi dengan instrumen yang tidak sempurna?

Namun, ada satu kesulitan yang tak dapat diabaikan; kita mungkin mengalami banyak kesulitan dengan tubuh dan mungkin tidak ingin mengotorinya, tetapi kita hidup di antara manusia yang tak peduli dan yang tak banyak tahu tentang fakta alam. Di kota, kita tak dapat berjalan tanpa gangguan pada setiap tikungan; makin kita mensucikan tubuh, makin peka tubuh kita, dan makin banyak menderita dalam peradaban yang makin kasar. Di jalan kita lebih sering melihat pajangan minuman keras dan kita tak dapat menghindar dari bau bir. Jalan-jalan telah tercemar oleh bau bir. Kita pun melewati rumah jagal dan penjual daging. Tentu kita tahu bahwa ketika peradaban lebih maju, penataan yang lebih baik dilakukan, dan sesuatu akan diperoleh bila benda-benda kotor ini dikumpulkan pada suatu sudut agar lebih cepat laku. Sementara itu partikel-partikel dari tempat itu jatuh ke tubuh kita, dan kita menghirupnya melalui udara. Tetapi tubuh yang sehat tidak memberi kesempatan kepada jasad renik penyebab penyakit untuk berkembang; tubuh yang bersih tak memberi tempat kepada partikel tak murni untuk tumbuh. Selain itu, ada tentara dari jasad hidup yang selalu menjaga agar darah kita tetap murni; pasukan ini akan melenyapkan setiap partikel beracun yang memasuki tubuh yang murni. Kita tinggal memilih apakah kita menginginkan tentara pelindung itu di dalam darah kita, atau kita memelihara perompak yang melenyapkan kebaikan. Makin keras kita menolak unsur tak murni agar tak memasuki tubuh, kita makin terlindung dari serangan yang berasal dari luar.

Kita telah menyebut otomatisasi tubuh, bahwa ia merupakan produk dari kebiasaan, dan sifat ini dapat kita manfaatkan. Pelajar Yoga dinasihati: "Engkau harus mulai dari memurnikan tubuhmu, dan ini harus mendahului berlatih Yoga; karena Yoga yang sejati berbahaya bagi tubuh yang tak murni dan tak terlatih, bagaikan api dan bubuk mesiu". Maksudnya, kesehatan akan memburuk jika latihan itu dilakukan. Sebenarnya tubuh tidak peduli dengan apapun yang kita makan, asalkan memberi sesuatu yang memelihara kesehatannya. Tubuh akan menyesuaikan diri dalam waktu singkat terhadap makanan yang kita makan. Karena merupakan makhluk otomatik, ia akan berhenti menuntut sesuatu yang secara pasti tidak diberikan kepadanya. Jika kita mengabaikan tuntutannya, ia akan segera terbiasa tidak menyukainya.

Seseorang yang biasa makan berbagai makanan yang tidak murni, tubuhnya akan selalu menuntut yang demikian dengan keras, dan ia cenderung untuk memenuhinya. Namun bila ia tidak mempedulikannya, tidak mendengarkan tuntutan tubuh, ia akan mendapati bahwa ternyata tubuh itu segera mengenali tuannya, dan menyesuaikan diri dengan perintah tuannya. Akhirnya ia akan mulai menyukai apa-apa yang diberikan tuannya dan tidak lagi menyukai apa-apa yang tidak diberikan kepadanya.

Kebiasaan dapat digunakan untuk membantu dan mencegah, tubuh akan patuh ketika ia mengenal bahwa anda adalah tuannya, dan bahwa anda tidak ingin dikuasai oleh sesuatu yang merupakan instrumen anda. Sebenarnya bukanlah tubuh yang sepenuhnya salah, tetapi Kama, keinginan. Tubuh orang dewasa terbiasa menuntut sesuatu yang tertentu, tetapi tubuh anak-anak tidak menuntut apa-apa yang biasa dimakan orang dewasa. Tubuh anak-anak, kecuali ia mewarisi sifat fisik yang buruk, menolak daging dan alkohol. Orang dewasa-lah yang memaksa mereka untuk memakannya. Orang tua meminta anaknya untu

k mencicipi arak sambik membujuk, "Biar cepat dewasa," sampai anak itu meniru kebiasaan buruk orang tuanya. Selera yang buruk ditanamkan kepada anak-anak, hingga tubuh mulai terbiasa dan menuntut.

Meskipun hal ini telah terjadi, ubahlah. Ketika anda terbebas dari partikel kotor, anda akan merasakan tubuh anda berubah kebiasaan dan mulai tidak menyukai bau yang semula anda nikmati. Kesulitan terbesar dalam reformasi ini terletak pada Kama, bukan pada tubuh.

Kita tidak akan pernah maju jika kita tidak berupaya menghidupkan yang terbaik menurut kemampuan kita, bila kita membiarkan nafsu-kehendak mengganggu perkembangan kita. Kita sangat ingin memiliki pandangan astral, dan berkelana dalam dunia astral, tetapi ketika sampai, kita lebih menyukai makanan yang 'enak'.

Seandainya hadiah atas meninggalkan makanan yang tak murni itu berupa uang milyaran rupiah, kesulitan-kesulitan itu dengan mudah dilenyapkan dan banyak cara akan ditemukan untuk membuat tubuh ini hidup tanpa daging dan alkohol! Tetapi karena hanya 'harta tak bernilai berupa kehidupan yang lebih tinggi' yang ada sebagai hadiahnya, kesulitan-kesulitan itu menjadi tak mudah diatasi. Kalau kita benar-benar menginginkan sesuatu, jalan keluar pasti lebih cepat kita temukan. Namun mereka menipu diri sendiri dalam gagasan bahwa mereka sangat berkeinginan, dan mereka datang kehidupan demi kehidupan dalam tingkatan yang sama selama ribuan tahun; dan dengan cara tertentu mereka heran mengapa tidak mengalami kemajuan, dan mengapa orang lain begitu maju sementara mereka sendiri tidak. Orang yang bersungguh-sungguh, yang dengan tetap dan pasti bergerak, tidak angin-anginan, dapat mencapai kemajuan yang diinginkannya; sementara yang lain hanya berputar-putar

B. KEMBARAN ETHER

Ilmu fisika modern menemukan bahwa semua perubahan tubuh [di dalam otot, sel-sel, atau syaraf], diikuti oleh kegiatan listrik, termasuk proses-proses kimiawi yang secara bersinambung terus berlangsung. Bukti yang cukup mengenai hal ini telah dikumpulkan melalui pengamatan yang cermat dengan menggunakan galvanometer yang sangat peka. Ketika kegiatan listrik terjadi, ether selalu ada, sehingga keberadaan arus listrik itu merupakan bukti adanya ether, yang saling menindih dengan yang lain, mengelilingi semuanya. Tiada partikel fisik yang menyentuh partikel lain, tetapi masing-masing berayun di dalam medan ether.1

Ini merupakan pengamatan yang dapat diverifikasi, karena ether itu dapat dilihat sebagaimana meja atau kursi, namun memerlukan suatu alat pandang yang berbeda dari mata fisik. Seperti telah disebut, ether ada dalam 4 tingkatan, yang terhalus merupakan atom fisik yang mutlak, bukan atom dalam istilah kimia yang masih mempunyai unsur yang kompleks; mutlak, karena ia menghasilkan benda astral ketika terpecah.

Kembaran ether tersusun dari keempat tingkatan ether yang saling berimpit [menenmpati ruang yang sama] dengan unsur-unsur padatan, cairan dan gas yang membentuk tubuh kasar, menyelimuti setiap partikel dengan selubung ether, sehingga membentuk duplikat dari bentuk kasar. Kembaran ether dapat dilihat oleh mata yang terlatih, warnanya ungu keabu-abuan, bertekstur kasar atau halus sebagaimana tubuh kasar. Keempat jenis ether bercampur membentuk tubuh halus dengan cara yang sama dengan padatan, cairan dan gas membentuk tubuh kasar. Perlu diperhatikan bahwa tubuh kasar dan kembaran ethernya bervariasi menurut mutunya, hingga kita dapat dengan sadar memperbaiki tubuh kasar, sedangkan kembaran ethernya mengikuti perubahan itu tanpa perlu upaya apa-apa.[2]

Dengan kembaran ether, Prâna (daya hidup) mengalir di sepanjang syaraf tubuh dan dengan demikian memungkinkannya untuk bertindak sebagai pengangkut daya gerak dan kepekaan ke sisi luar. Daya pikir, daya gerak dan daya indera tidak tinggal di dalam benda fisik atau syaraf ether; melainkan merupakan kegiatan Ego yang bekerja di tubuh dalam. Ekspresi mereka pada dataran fisik dimungkinkan oleh napas-hidup ketika ia mengalir di sepanjang benang-benang syaraf dan di sekeliling sel-sel syaraf. Prâna atau napas hidup, adalah energi aktif dari Diri. Fungsi kembaran ether adalah sebagai medium fisik bagi energi itu, dan karena itu disebut pula "kendaraan Prâna".

Mungkin perlu diketahui bahwa kembaran ether mudah terpengaruh oleh bahan yang menguap seperti minuman keras.

C. FENOMENA BERKAITAN DENGAN TUBUH FISIK

Jika orang pergi tidur, Ego-nya keluar dari tubuh fisik dan membiarkannya beristirahat untuk menyegarkan kembali tenaga yang diperlukan untuk bekerja keesokan harinya. Tubuh kasar dan kembaran ethernya ditinggalkan atas kendali mereka sendiri, dan dipermainkan oleh pengaruh yang mereka tarik menurut kebiasaan. Aliran bentuk-bentuk pikiran dari dunia astral beriringan dengan bentuk-bentuk pikiran untuk diciptakan atau dipegang oleh Ego dalam kehidupan sehari-hari, keluar dan masuk ke otak kasar dan otak ether, bersamaan dengan pengulangan otomatis dari getaran-getaran yang dibuat dengan sadar oleh Ego, menyebabkan mimpi-mimpi yang dikenal banyak orang. Potongan citra-citra dalam mimpi ini menunjukkan kerja tubuh fisik jika ia ditinggalkan sendirian. Ia hanya mampu mereproduksi fragmen-fragmen getaran masa lalu tanpa urutan yang rasional.

Dalam tidur, Ego pemikir keluar dari kedua tubuh [atau dari satu tubuh yang terdiri dari yang tampak dan yang tidak tampak]. Pada kematian, keluarnya Ego dari tubuh itu dengan membawa serta kembaran ether yang dipisahkan dari tubuh kasar, sehingga tidak memungkinkan lagi pengaliran napas-hidup pada tubuh itu sebagai suatu kesatuan organik. Ego dengan cepat membuyarkan kembaran ether yang tidak dapat masuk ke dalam dataran astral, dan membiarkannya mengalami disintegrasi dengan pasangan hidupnya. Kadang-kadang kembaran ether itu segera menampakkan diri kepada kerabat atau sahabat yang tidak jauh dari letak mayat, tetapi hanya menunjukkan sangat sedikit kesadaran, tidak berbicara atau melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar memanifestasikan [menampakkan] diri. Ia relatif mudah untuk dilihat karena bersifat fisik; sedikit tegangan pada sistem syaraf sudah cukup untuk menimbulkan kemampuan untuk melihatnya. Kembaran ether itulah yang sering dikatakan orang "hantu" karena ia muncul dari kubur tempat pasangannya berbaring, dan ia lebih mudah dilihat dari pada tubuh astral. Jadi, dalam kematian pun keduanya tidak terpisah lebih dari beberapa meter.

Bagi orang awam, pemisahan itu hanya terjadi pada kematian, tetapi bagi beberapa orang, pemisahan itu dapat terjadi ketika masih hidup, suatu abnormalitas yang berbahaya dan jarang terjadi, yang membebani dan mengganggu syaraf. Bila kembaran ether dipisahkan, kembaran itu sendiri membentuk kembaran; yang tidak dapat dipisahkan kesemuanya dari tubuh kasar tanpa menyebabkan kematian, karena arus-arus napas-hidup memerlukan kehadirannya untuk mengalir. Pemisahan sebagian inipun menurunkan tingkat aktivitas/kesigapan tubuh, dan kegiatan-kegiatan vital hampir tidak berfungsi untuk sementara. Kelelahan yang amat sangat terjadi dalam penyatuan kembali bagian yang dipisahkan itu. Selama masa transisi dalam penyatuan kembali itu, tubuh fisik terancam bahaya.

Sejumlah besar fenomena yang terjadi dalam keberadaan medium tidak berkaitan dengan pemisahan kembaran ether, tetapi beberapa orang mampu menunjukkan materialisasi hingga orang lain dapat memeriksanya. Seseorang mampu menjalani pemisahan fisik ini dengan sangat mengagumkan dan langka, kembaran ethernya dapat terlihat bangkit dari sisi kirinya sementara tubuh kasarnya menghilang secara perlahan. Pada kasus lain, tubuh kasarnya mengecil. Tubuhnya suatu ketika mengecil dan ujud materialnya dapat diraba. Ini adalah salah satu kasus langka bahwa baik medium maupun bentuk meteri terlihat bersama-sama dan dapat diperiksa. Pengecilan medium rupanya terjadi karena beberapa bahan tubuh tertentu dilepaskan, mungkin sekali sebagian bahan cair, namun ini masih merupakan dugaan. Yang pasti, pelepasan sebagian kembaran ether menyebabkan gangguan syaraf, hingga tidak boleh dipraktekkan oleh sembarang orang.

Kita telah mempelajari tubuh fisik [kasar dan ether], pakaian yang harus dikenakan Ego agar dapat bekerja pada dataran fisik, tempat yang dapat menjadi 'kantor' yang nyaman untuk melakukan pekerjaan fisik, atau rumah penjara yang kuncinya hanya dipegang oleh kematian. Kita dapat melihat apa yang harus kita miliki atau yang dapat kita buat secara bertahap: tubuh yang benar-benar sehat dan kuat, yang ditata dan dimurnikan. Kesehatan merupakan keharusan; segala sesuatu yang tidak sehat di dalam tubuh akan menjadikannya alat yang tidak baik dari Ego; ia cenderung untuk membiaskan kesan yang datang dan sinyal yang dikirim ke luar. Kegiatan Ego terganggu jika instrumen ini dikotori oleh kesehatan yang buruk.

Tubuh yang sehat, ditata dengan cermat, dimurnikan, peka, secara otomatis menolak pengaruh buruk, secara otomatis menerima kebaikan - adalah tubuh yang harus dengan sadar kita bentuk dengan memilih bahan yang baik dari segala sesuatu di sekitar kita yang mendukung ke arah itu, dengan memahami bahwa pekerjaan ini hanya dapat dilakukan secara bertahap, dengan sabar tetapi pasti.

Kita akan tahu ketika kita mulai berhasil meskipun baru sangat sedikit, karena kita akan menemui terbukanya segala jenis daya persepsi yang sebelumnya tidak kita miliki. Kita akan menemukan diri kita menjadi lebih peka terhadap suara dan pandangan; kita menemukan harmoni yang lebih penuh dan lebih lembut, kita menemukan warna yang lebih menarik dan lebih indah. Seperti pelukis yang melatih matanya untuk melihat kelembutan warna yang orang awam buta kepadanya; seperti pemusik yang melatih telinganya untuk mendengarkan nada yang orang awam tuli terhadapnya, begitulah kita melatih tubuh kita untuk mampu menangkap getaran hidup yang lebih lembut yang diabaikan orang awam.

Memang, beberapa perasaan yang tidak menyenangkan akan terjadi, karena dunia tempat kita hidup ini dibuat kasar bagi penghuninya: tetapi di samping itu, keindahan akan menampakkan dirinya sebagai upah yang seratus kali lebih bernilai dari kesulitan yang kita alami. Ini bukanlah untuk kita miliki demi tujuan pribadi berupa kesombongan atau kenikmatan, tetapi agar kita menggunakannya untuk tujuan yang lebih luas, untuk melayani umat manusia. Ia akan menjadi alat untuk lebih efisien untuk membantu perkembangan umat manusia.

Meskipun kita baru menelaah dataran fisik, kita mungkin sudah menyadari bahwa hal ini bukan tidak penting, dan bahwa kendaraan paling hina dari kesadaran ini memerlukan perhatian dan akan membalas kebaikan kita.

II. TUBUH ASTRAL ATAU KEHENDAK

Kita telah mempelajari tubuh fisik manusia, baik yang tampak maupun yang tak tampak. Kita telah tahu bahwa manusia hanya dapat menunjukkan pengetahuannya dan mewujudkan kemampuan yang dapat diekspresikannya melalui tubuh fisiknya. Kesempurnaan atau ketaksempurnaan perkembangannya tercermin pada ekspresinya dalam dataran fisik. Tubuh fisik itu berfungsi sebagai pembatas yang tak dapat dilewati. Apa yang tak dapat lewat, tak dapat terwujud di bumi, dan inilah perlunya perkembangan manusia.

Dengan cara serupa, jika orang itu bekerja tanpa tubuh fisik di wilayah lain dari alam semesta [alam astral atau dunia astral], ia dapat berekspresi dalam dataran itu sebanyak pengetahuan dan kemampuannya, karena tubuh astralnya mendukung. Dengan kendaraan inipun terjadi pembatasan. Manusia lebih dari sekadar tubuhnya. Ia memiliki banyak hal yang tak dapat diwujudkan dengan tubuh fisik atau tubuh astral; tetapi banyak yang dapat dilakukannya dalam keterbatasan itu.

Apa yang dapat diwujudkan di sini dibatasi oleh tubuh fisik; apa yang dapat diwujudkannya di dunia astral dibatasi oleh tubuh astral. Jika kita meningkat ke dataran yang lebih tinggi, kita menemukan bahwa lebih banyak yang dapat dilakukan manusia ketika telah berkembang, dan secara bertahap menuju ke arah kesempurnaan kendaraan kesadaran.

Perlu diingatkan, ketika kita memasuki wilayah yang tak tersentuh dan tak dikenal, tiada dakwaan atas keakuratan dan kesempurnaan pengamatan. Kekeliruan dalam pengamatan dapat terjadi pada dataran di atas fisik sebagaimana yang terjadi di alam fisik, dan kemungkinan ini harus dibuka. Ketika latihan dan pengetahuan bertambah, keakuratan bertambah pula, hingga kekeliruan secara bertahap dapat terkikis.

Pertama-tama, mari kita perjelas arti istilah dataran atau dunia astral. Dataran astral adalah suatu wilayah yang pasti dalam alam semesta, mengelilingi dan berimpit dengan dataran fisik, tetapi tak dapat ditangkap dengan pengamatan biasa karena terdiri dari benda yang susunannya berlainan. Jika atom fisik diambil dan dipecah, ia akan lenyap secara fisik; tetapi ia ternyata terdiri dari berbagai partikel yang merupakan benda-benda astral yang paling kasar, 'benda padat' di dunia astral.[3]

Kita telah menemukan 7 tingkatan benda fisik: padat, cair, gas, dan 4 tingkatan ether. Di dalam ke-7 tingkatan itu terdapat kombinasi yang tak terhingga banyaknya benda-benda yang membentuk dunia fisik. Begitu pula benda-benda astral terbagi ke dalam 7 tingkatan dan dapat digabung menjadi kombinasi yang tak terhitung pula jumlahnya dan membentuk dunia astral. Semua atom fisik memiliki selubung astral sendiri-sendiri, dan dengan demikian benda astral membentuk sesuatu yang disebut matrix dari benda fisik; benda fisik itu masuk di dalam benda astral. Benda astral berfungsi sebagai kendaraan bagi Jïwa, si Dia Yang Hidup sebagai penggerak. Melalui benda astral, arus Jïwa mengelilingi dan memelihara setiap partikel benda fisik, arus Jïwa yang menimbulkan bukan hanya daya hidup, tetapi juga saya listrik, magnetik, kimia dan energi lain, daya tarik, daya lekat, daya dorong dll, dan semua ini merupakan diri dari Dia Yang Hidup sebagaimana ikan yang berenang di dalam laut. Dari dunia astral, yang berimpit dengan dunia fisik, Jïwa menembus ether [dari dunia fisik] yang kemudian menjadi kendaraan dari semua gaya menuju ke benda fisik yang lebih rendah, dan di situ kita melihat bagaimana permainannya. Jika kita bayangkan dunia fisik dilenyapkan tanpa sesuatu perubahan pun yang dilakukan, kita masih akan mempunyai replika yang sempurna dari benda astralnya. Bila kita bayangkan lebih lanjut bahwa jika orang memahami kerja astral, mula-mula ia tidak menyadari perbedaan di sekitarnya; orang 'mati' yang bangkit di wilayah bawah astral sering menemukan diri sendiri dalam keadaan demikian dan merasa masih hidup di dunia fisik.

Karena kebanyakan dari kita belum memiliki pandangan astral, kita perlu menyatakan realitas relatif dunia astral ini sebagai bagian dari fenomena alam dan melihatnya dengan mata mental, jika bukan dengan mata astral. Sebagaimana dalam dunia fisik; fenomena ini terbuka untuk diamati oleh orang yang berkompeten. Sebagaimana orang buta tak dapat melihat benda-benda fisik, dan karena banyak benda yang hanya dapat diamati dengan bantuan alat (mikroskop, spektroskop, dll), demikian pula dataran astral. Orang yang buta di dunia astral tidak dapat melihat benda-benda astral sama sekali, dan banyak benda yang lolos dari pandangan astral biasa [clairvoyance]. Namun dalam tahap perkembangan manusia kini, banyak orang yang mengembangkan indera astral hingga derajat tertentu, hingga mereka mampu menangkap getaran yang lebih halus dari dataran astral. Orang yang demikian dapat membuat banyak kesalahan, sebagaimana anak-anak yang keliru dalam menggunakan indera fisiknya, tetapi kesalahan ini secara bertahap menipis bersamaan dengan pengalaman yang makin banyak; hingga akhirnya ia mampu melihat dan mendengar dengan benar di dunia astral sebagaimana di dunia fisik. Tidak baik kita memaksakan perkembangan indera itu dengan cara buatan, karena harus disesuaikan dengan perkembangan fisik. Masuknya pandangan dan pendengaran astral itu, bila dipaksakan, akan mengganggu dan kadang-kadang malah membahayakan.

Untuk itu, kita tidak hanya perlu memiliki tubuh astral sebagaimana kita semua telah memilikinya, tetapi juga memiliki tatanan dan cara kerja yang baik. Kesadaran harus dibiasakan untuk bekerja di situ, bukan hanya pada tubuh fisik. Semua orang selalu bekerja melalui tubuh astral, tetapi hanya sebagian kecil pekerjaan yang terpisah dari fisik. Tanpa perbuatan umum melalui tubuh astral, tidak akan ada hubungan antara dunia luar dan pikiran manusia, tiada hubungan antara akibat pada indera fisik dan pemahaman atas hal itu oleh pikiran. Akibat itu menjadi rangsangan di dalam tubuh astral, dan kemudian ditangkap oleh pikiran. Tubuh astral yang merupakan pusat indera, sering disebut sebagai 'manusia astral' [sebagaimana kita menyebut tubuh fisik dengan 'manusia fisik']; tetapi tentu saja ini hanya sebuah kendaraan, sebagai pelapis yang di dalamnya manusia itu menjalankan fungsinya; melalui itu orang menjangkau dan dijangkau oleh kendaraan yang lebih kasar: tubuh fisik.

Tubuh astral terdiri dari 7 jenis benda astral, dari yang kasar sampai yang halus. Tidak sulit menggambarkan seorang manusia dalam bentuk tubuh astral yang sempurna; pikirkan bahwa ia meninggalkan tubuh fisiknya dan berdiri dalam bentuk kembarannya tetapi lebih halus dan lebih bercahaya. Pandangan clairvoyant dapat melihatnya meskipun mata biasa tidak. Dikatakan "tubuh astral yang sempurna" karena orang yang belum cukup berkembang tubuh astralnya tidak tampak utuh. Batas-batas luarnya tidak jelas, bahannya kabur dan tidak teratur, dan jika dilepaskan dari tubuh ia tak berbentuk seperti awan yang bergerak-gerak, tidak sesuai untuk dipakai sebagai kendaraan yang mandiri. Ia lebih merupakan fragmen-fragmen bahan astral, bukan suatu tubuh yang tertata, sebuah massa protoplasma astral sejenis amoeba. Tubuh astral yang sempurna berarti bahwa manusia telah mencapai tingkatan perkembangan spiritual yang cukup tinggi dalam, sehingga penampilan tubuh astral merupakan gambaran dari perkembangan yang dicapai oleh pemiliknya. Dari kejelasan batas-batasnya, kecerahan bahannya, dan kesempurnaan tatanannya, kita dapat menilai tahap evolusi yang dicapai oleh Ego yang menggunakannya.

Perlu diingat bahwa penyempurnaan tubuh astral bergantung pada pemurnian tubuh fisik dan pada pemurnian dan perkembangan pikiran. Tubuh astral sangat peka terhadap kesan dari pikiran karena benda astral bereaksi lebih cepat dari pada benda fisik terhadap rangsangan dengan dunia pikiran. Misalnya, jika kita melihat dunia astral, di sana terdapat bentuk-bentuk yang senantiasa berubah; ada 'bentuk-bentuk pikiran', bentuk yang tersusun dari unsur-unsur elementer dan digerakkan oleh pikiran. Kita juga melihat massa yang sangat besar dari unsur-unsur elementer ini; darinya bentuk-bentuk selalu muncul dan menghilang lagi.

Jika dicermati, kita dapat melihat bahwa arus-arus pikiran menggetarkan bahan astral ini. Pikiran yang kuat menyelimutinya dan bertahan dalam waktu yang panjang, sedangkan pikiran yang lemah hanya menyelimutinya dengan lemah dan segera buyar. Demikianlah perubahan-perubahan dunia astral terjadi di bawah rangsangan pikiran. Tubuh astral manusia, karena terbuat dari bahan astral, cepat pula bereaksi terhadap rangsangan pikiran, dan bertindak sesuai dengan setiap pikiran yang menyentuhnya, apakah pikiran itu berasal dari luar [dari pikiran orang lain], atau dari dalam [dari pikiran pemiliknya].[4]

Mari kita pelajari tubuh astral ini di bawah pengaruh dari dalam dan dari luar. Tubuh astral itu menembus [berimpit dengan] tubuh fisik dan menonjol ke luar ke semua arah seperti awan yang berwarna. Warna itu tergantung dari sifat orangnya [sifat rendah dan nafsu binatang]; bagian yang berada di luar tubuh fisik disebut aura kâma karena menjadi milik tubuh Kâma atau kehendak, dan secara umum disebut tubuh astral manusia.[5] Karena tubuh astral merupakan kendaraan bagi kesadaran kâma manusia, tempat kedudukan nafsu hewani, pusat dari indera, di mana semua sensasi timbul. Ia senantiasa mengubah warnanya bersamaan dengan getaran di bawah pengaruh pikiran. Jika seseorang kehilangan kendali [marah], kilatan-kilatan merah muncul; jika ia merasakan cinta, ada kilatan merah mawar. Jika pikiran seseorang tinggi dan mulia, ia menuntut bahan astral yang lebih halus untuk melaksanakan. Kita menemukan jejaknya pada tubuh astral berupa berkurangnya partikel yang lebih padat atau lebih kasar pada tiap jenis, dan bertambahnya partikel yang lebih halus dan lebih langka.

Tubuh astral seseorang yang pikirannya rendah dan bersifat hewani itu besar, kasar, pekat dan berwarna gelap, kadang-kadang begitu pekat sehingga garis-garis tubuh fisik hampir tenggelam di dalamnya; sementara pada orang yang lebih mulia, tampak halus, jernih, bercahaya dan berwarna terang - sesuatu yang benar-benar indah. Pada yang terakhir ini hasrat-hasrat rendah dikuasai, dan tindakan selektif pikiran telah menghaluskan bahan astralnya. Dengan berpikiran mulia, kita memurnikan tubuh astral meskipun secara tak sadar menuju ke arah itu.

Perlu diingat bahwa kerja internal ini melatih pengaruh potensial pada pikiran yang ditarik dari luar ke arah tubuh astral, yaitu tubuh yang dibuat oleh pemiliknya untuk membentuk kebiasaan melawan pikiran buruk, bekerja seperti magnet terhadap sesama bentuk pikiran di sekitarnya; sementara tubuh astral yang murni menolak pikiran demikian, dan menarik bentuk-bentuk pikiran yang susunannya mirip dengan dirinya.

Seperti telah disebut, tubuh astral bergantung di satu sisi pada tubuh fisik, dan dipengaruhi oleh kemurnian atau kekotoran tubuh fisik. Unsur-unsur padat, cair dan gas pada tubuh fisik dapat kasar atau halus. Sifat ini kemudian mempengaruhi sifat selubung astral yang berkaitan. Bila kita secara serampangan membangun tubuh fisik itu dari bahan yang tidak murni, kita menarik padatan astral yang kotor pula. Tetapi jika kita membangun tubuh dari partikel yang lebih murni, kita menarik bahan astral yang murni.

Ketika kita melakukan pemurnian tubuh fisik dengan makanan dan minuman yang bersih dan menghindari makanan pencemar [darah binatang, alkohol dan makanan buruk lain], kita bukan hanya menyempurnakan kendaraan fisik kesadaran kita, tetapi kita juga mulai memurnikan kendaraan astral dan membangun tubuh astral dari bahan-bahan yang lebih baik dari dunia astral. Akibatnya bukan hanya penting bagi kehidupan dunia sekarang, tetapi juga bagi kehidupan sesudah mati, pada kehidupan di dunia astral, dan juga pada jenis tubuh yang akan kita miliki pada kehidupan mendatang di bumi.

Makanan yang buruk menarik ke dalam tubuh astral bahan-bahan yang buruk dari dunia astral, karena kita tidak hanya berkaitan dengan benda, tetapi juga dengan unsur-unsur yang lebih elementer dalam dataran itu. Ini adalah materi bertaraf rendah dan tinggi yang ada di dataran itu, yang dilahirkan oleh pikiran manusia.

Dalam dunia astral ada pula manusia yang 'cacat', terpenjara dalam tubuh astral mereka. Unsur-unsur elementernya ditarik ke arah orang yang tubuh astralnya mengandung bahan yang sesuai dengan sifatnya, sementara unsur-unsur itu secara alami mencari pemuasan yang buruk apabila mereka dibiarkan begitu ketika berada di tubuh fisik.

Orang yang memiliki pandangan astral, ketika ia berjalan-jalan di kota besar, melihat gerombolan unsur-unsur elementer itu berkerumun di sekitar toko daging dan rumah-rumah minuman, masuk ke dalam minuman keras dan kemudian ke dalam para peminumnya. Unsur-unsur ini tertarik oleh mereka yang tubuhnya terbuat dari bahan itu, dan orang yang demikian memiliki lingkungan yang demikian dalam kehidupan astralnya.

Karena tubuh astral banyak bergantung pada sifat bahan pembuatnya; ketika dengan pemurnian kita membuat tubuh ini makin halus, mereka tidak lagi bergetar mengikuti rangsangan yang rendah, dan mulai mengikuti pengaruh yang lebih tinggi dari dunia astral. Dengan demikian kita membuat alat yang meskipun pada dasarnya peka terhadap pengaruh dari luar, tetapi secara bertahap kehilangan daya reaksi terhadap getaran yang rendah, dan membangun daya reaksi terhadap getaran yang lebih tinggi, sebagai alat yang di-'tune' untuk hanya bereaksi terhadap nada tinggi.

Sebagaimana kita dapat mengambil sepotong dawai untuk menghasilkan getaran tertentu dengan menetapkan diameter, panjang dan tegangannya, kita pun dapat menyetel tubuh astral kita untuk memberi getaran yang kita inginkan ketika harmoni mulia dibunyikan di sekitar kita. Ini bukan spekulasi atau teori; tetapi merupakan fakta ilmiah. Kalau kita dapat menyetel dawai, kita pun dapat menyetel dawai pada tubuh astral. Hukum sebab-akibat berlaku pula di situ; kita berlindung dalam hukum itu, dan kita mengandalkannya. Yang kita butuhkan adalah pengetahuan dan kehendak untuk menjadikan pengetahuan itu kenyataan. Pengetahuan ini, kalau kita mau, mula-mula dapat kita ambil dulu sebagai eksperimen dan hipotesis, seperti fakta yang kita ketahui dalam dunia fisik. Kemudian, sambil kita memurnikan tubuh astral kita, hipotesis itu akan berubah menjadi pengetahuan; ia akan menjadi suatu hasil pengamatan langsung, sehingga kita akan dapat menguji teori-teori yang semula hanya kita terima sebagai hipotesis.

Kemampuan kita untuk menguasai dan bermanfaat dalam dunia astral, terutama tergantung pada proses pemurnian. Beberapa metode Yoga dapat dipergunakan untuk mengembangkan indera astral dengan cara rasional dan sehat, tetapi jangan diajarkan kepada orang yang belum melakukan pemurnian. Umumnya memang orang sangat ingin mencoba beberapa metode yang baru dan aneh, tetapi latihan Yoga tidak jalan jika mereka tidak melalui tahap persiapan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika seseorang mengajarkan bentuk Yoga yang sederhana kepada orang yang belum disiapkan; ia akan sangat bernafsu karena ini merupakan hal baru, karena ini aneh, karena ia mengharap hasil yang cepat, tetapi belum sampai setahun ia sudah lelah dan bosan dengan tekanan terhadap kehidupan sehari-hari; ia kecewa karena upayanya tidak segera mendatangkan hasil; tidak terbiasa pada upaya yang terus-menerus yang tetap dipertahankan hari demi hari, ia akan menyerah dan meninggalkan latihan. Jika seseorang tidak dapat atau tidak ingin menyelesaikan tugas yang relatif ringan dan mudah, yaitu memurnikan tubuh fisik dan astralnya dengan menjauhi makanan dan minuman tertentu, tak pantas baginya menginginkan proses-proses lebih sulit yang menarik hatinya tetapi kemudian ditinggalkan karena terlalu membebani. Semua pembahasan tentang metode khusus tidaklah bermanfaat sebelum cara yang sederhana ini dilaksanakan untuk beberapa waktu; tetapi dengan pemurnian, kemungkinan-kemungkinan baru akan terbuka dengan sendirinya. Murid akan menemukan bahwa secara bertahap pengetahuan mendatangi dirinya, pandangan yang lebih tajam tumbuh, getaran-getaran akan mendatanginya dari segala penjuru, membangkitkan reaksi dalam dirinya yang tak pernah terjadi ketika ia masih 'buta' dan 'dungu'. Cepat atau lambat menurut Karma masa lalunya, pengalaman itu menjadi miliknya. Sebagaimana anak-anak yang berhasil mengatasi kesulitan menghafal abjad, ia menemukan kenikmatan dari buku yang kini dapat dibacanya, sehingga murid itu memiliki ilmu, kemungkinan-kemungkinan yang tak pernah dimimpikan sebelumnya itu, membuka cakrawala kehidupan yang makin luas.

Jika kita amati fungsi tubuh astral dalam keadaan tertidur dan terbangun, kita akan dengan mudah dan cepat memahami fungsinya ketika ia menjadi kendaraan dari kesadaran, terpisah dari tubuh. Jika kita amati orang yang bangun dan orang yang tidur, kita akan melihat perubahan nyata dalam tubuh astral. Ketika ia bangun, semua aktivitas astral [perubahan-perubahan warna dll] mewujudkan diri sendiri di dalam dan di sekeliling tubuh fisik; tetapi ketika ia tidur, terjadi pemisahan, tubuh fisik [tubuh kasar dan kembaran ether] tergeletak sendiri di tempat tidur sementara tubuh astral mengapung di udara di atasnya. Jika orang itu mempunyai tingkatan menengah, tubuh astral yang terpisah dari tubuh fisik itu berupa massa tak berbentuk [tak dapat dijelaskan]; ia tidak jauh dari tubuh fisik, ia tak bermanfaat sebagai kendaraan dari kesadaran; manusia di dalamnya berada dalam keadaan terlelap dan bermimpi, tidak terbiasa berbuat tanpa kendaraan fisiknya. Keadaan ini dapat disebut hampir tertidur, terlepas dari medium yang biasa digunakannya untuk bekerja, dan ia tidak mampu menerima kesan yang pasti dari dunia astral atau mengekspresikan diri dengan jelas melalui tubuh astral yang belum tertata. Pusat-pusat indera dapat terpengaruh oleh bentuk-bentuk pikiran yang lewat, dan ia mungkin bereaksi terhadap rangsangan bawah. Pengaruh sepenuhnya yang teramati adalah kantuk dan kekaburan, tubuh astral kehilangan aktivitas yang definitif, mengambang diam di atas tubuh fisik. Jika terjadi sesuatu yang menjauhkannya dari tubuh fisik, tubuh fisik akan terbangun dan kemudian tubuh astral dengan cepat masuk kembali.

Pada orang yang tingkatannya lebih maju, misalnya orang yang sudah terbiasa berfungsi dalam dunia astral menggunakan tubuh astralnya untuk tujuan itu, akan terlihat bahwa ketika tubuh fisik tidur dan tubuh astral menyelinap keluar, orang itu berdiri dengan kesadaran penuh; tubuh astral dengan jelas terbentuk dan ditata dengan baik, menjaga kemiripan dengan manusianya, dan ia mampu menggunakannya sebagai kendaraan - sebuah kendaraan yang jauh lebih baik dari pada tubuh fisik. Ia sepenuhnya terjaga, dan ia bekerja jauh lebih aktif, lebih akurat, dengan daya pemahaman yang lebih besar - dari pada ketika ia terperangkap di dalam kendaraan fisik yang lebih kasar; ia dapat bergerak lebih leluasa dan jauh lebih cepat, tanpa mengganggu tubuh fisik yang sedang berbaring di tempat tidur.

Jika orang itu belum belajar menyatukan tubuh astral dengan tubuh fisiknya, jika ada keterputusan kesadaran ketika tubuh astral lolos keluar pada waktu ia tertidur, maka ketika ia sendiri terjaga lebar dan sepenuhnya sadar dalam dataran astral, ia tidak dapat memberi kesan kepada otak fisik ketika kembali ke tubuh kasar, pengetahuan tentang apa yang dilakukannya ketika berada di luar. Dalam hal ini kesadaran ketika bangun [karena beginilah kebiasaan untuk menyebut sebagian besar bentuk terbatas dari kesadaran kita] tidak akan mengambil pengalamannya dalam dunia astral, bukan karena ia tidak mengetahuinya, tetapi karena tubuh fisik itu terlampau padat untuk dapat menerima kesan-kesan itu.

Kadang-kadang, ketika tubuh fisik bangun, ada perasaan bahwa sesuatu telah dialami tetapi tidak ada bekasnya di dalam ingatan; namun perasaan ini menunjukkan bahwa telah terjadi suatu fungsi kesadaran dalam dunia astral terpisah dari tubuh fisik, meskipun otak tidak cukup tanggap untuk memasukkannya ke dalam ingatan. Pada kesempatan lain, setelah tubuh astral kembali memasuki tubuh fisik, orang itu berhasil membuat kesan sementara pada kembaran ether dan tubuh kasar, dan ketika tubuh kasar terbangun, tidak ada ingatan yang jelas mengenai pengalaman yang diperoleh di dunia astral; ingatan itu segera memudar dan menolak untuk diingat kembali. Setiap upaya untuk mengingat makin tidak mungkin, karena setiap upaya menimbulkan getaran kuat di dalam otak fisik yang lebih kuat dari getaran astral yang lebih lembut. Atau, ia berhasil menarik kesan dari pengalaman baru itu ke dalam otak fisik, tetapi gagal dalam membawa ingatan dari mana atau bagaimana pengalaman itu diperoleh.

Dalam hal ini gagasan akan timbul seketika dalam kesadaran terbangun, pemecahan masalah datang atas masalah yang belum dimengerti, jawaban datang atas pertanyaan yang belum jelas. Jika ini terjadi, ini merupakan tanda perkembangan yang baik, menunjukkan bahwa tubuh astral telah tertata dan berfungsi aktif dalam dunia astral, meskipun tubuh fisik masih sangat kecil menerimanya. Namun, kadang-kadang orang itu berhasil membuat otak fisiknya bereaksi, dan inilah yang kemudian kita sebut sebagai mimpi yang jelas dan masuk akal, jenis mimpi yang kadang-kadang dinikmati oleh orang-orang yang 'berpikir'. Dalam mimpi itu mereka merasa lebih hidup dari pada ketika terbangun, dan dalam mimpi itu mereka mungkin saja menerima pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan fisik mereka. Semua ini adalah tahapan yang menandai evolusi perkembangan penataan tubuh astral.

Di pihak lain, orang-orang yang mengalami perkembangan nyata dan cepat dalam spiritualitas mungkin berkarya sangat aktif dan bermanfaat dalam dunia astral tanpa memberi kesan pada otak ketika mereka memberi ingatan tipis mengenai karya yang dilakukannya, meskipun mereka menyadari dalam kesadaran bawahnya mengenai pencerahan dan meluasnya pengetahuan mengenai kebenaran spiritual.

Ada satu fakta yang membesarkan hati, dan atas dasar itu kita bergantung dengan kokoh, betapa pun kosongnya ingatan fisik kita mengenai pengalaman supra-fisik: makin banyak kita berbuat baik untuk orang lain, makin kita mengupayakan diri agar lebih bermanfaat bagi dunia, makin kuat pengabdian kita kepada kemanusiaan, dan makin bersungguh-sungguh kita melakukan peran kecil kita dalam pekerjaan besar mereka, tanpa kita sadari kita telah makin mengembangkan tubuh astral dan daya kerjanya, yang menjadikan kita hamba yang lebih efisien; dengan atau tanpa ingatan fisik. Kita meninggalkan penjara fisik kita dalam tidur terlelap dan berkarya dalam jalur kegiatan yang bermanfaat dalam dunia astral, membantu orang yang kita tak dapat melakukannya dengan tubuh fisik, menolong dan menghibur dengan cara yang tak dapat kita lakukan dengan tubuh fisik.

Evolusi ini berjalan pada mereka yang murni pikirannya, tinggi dalam pemikiran, dengan hati mereka terarah kepada hasrat untuk melayani. Mereka mungkin bekerja bertahun-tahun dalam dunia astral tanpa membawa ingatan mengenai hal itu ke kesadaran bawah, dan menggunakan daya-daya untuk kebaikan melampaui batas yang mereka sangka. Kepada mereka, jika Karma mengijinkan, akan datang kesadaran utuh yang atas kemauan sendiri menyeberang dari dunia fisik ke dunia astral. Jembatannya akan dibuat hingga ingatan menyeberangi batas antara kedua dunia itu tanpa upaya apa-apa. Dengan demikian orang yang kembali dari kegiatan di dunia astral akan memasuki kembali dunia fisiknya tanpa kehilangan kesadaran sesaat pun.

Inilah sebagai kepastian yang ada bagi mereka yang memilih kehidupan pelayanan. Pada saatnya nanti mereka akan memperoleh kesadaran utuh; dan bagi mereka hidup tidak lagi terdiri dari hari-hari kerja yang diingat dan malam-malam yang terlupakan. Semua akan menjadi kesinambungan yang utuh, tubuh ditinggalkan agar beristirahat dengan cukup, sementara manusia itu sendiri menggunakan tubuh astralnya untuk bekerja di dunia astral. Mereka akan menjaga keutuhan kaitan antara pikiran-pikiran, tahu bahwa mereka sedang meninggalkan tubuh fisik, tahu bahwa mereka sedang berada di luarnya, mengetahui kehidupan di luar tubuh fisik, tahu bahwa mereka kembali lagi ke dalam tubuh. Demikianlah hal ini berlangsung terus hari demi hari, tahun demi tahun; kesadaran yang utuh tak terputus yang memberi kepastian mutlak keberadaan diri perorangan, kesadaran akan fakta bahwa tubuh hanyalah pakaian untuk dikenakan dan dilepaskan menurut keperluan, bukan merupakan instrumen pemikiran dan hidup. Mereka akan tahu bahwa hidup itu jauh lebih aktif tanpa tubuh fisik, pikiran jauh lebih bebas tanpa tubuh fisik.

Ketika tahapan ini dicapai, orang mulai memahami dunia dan hidupnya sendiri di dalamnya, dengan lebih baik dari pada sebelumnya. Ia mulai menyadari lebih banyak tentang apa yang terbentang di hadapannya, kemungkinan yang lebih banyak tentang kemanusiaan yang lebih tinggi. Perlahan ia melihat bahwa sebagaimana seseorang mula-mula mempunyai kesadaran fisik dan kemudian kesadaran astral, begitu pula kini terbentang di atasnya kesadaran-kesadaran lain yang lebih tinggi yang dilihatnya secara bertahap. Ia menjadi lebih aktif pada dataran yang lebih tinggi, mencakup kisaran dunia yang lebih luas, menggunakan daya yang lebih tinggi, dan semua itu sebagai hamba dari Yang Maha Suci demi kepentingan umat manusia. Kehidupan fisik mulai membentuk proporsi yang benar. Tiada sesuatu pun yang terjadi di dunia fisik ini dapat mempengaruhinya seperti sebelum ia mengetahui hidup yang lebih penuh, lebih kaya, dan tak tersentuh oleh kematian, baik dalam dirinya maupun pada mereka yang ingin ia bantu. Kehidupan di dunia menempatkan diri dengan benar sebagai bagian terkecil dari kegiatan manusia; ia tak lagi segelap sebelumnya karena cahaya dari wilayah yang lebih tinggi bersinar menerangi sampai bagian yang paling tersembunyi.

FENOMENA BERKAITAN DENGAN TUBUH ASTRAL

Tubuh astral dapat mempertunjukkan diri kepada orang lain terpisah dari tubuh fisik, baik dalam maupun sesudah hidup di dunia. Seseorang yang telah menguasai tubuh astral, tentu dapat meninggalkan tubuh fisik kapan saja, untuk mengunjungi seorang teman di tempat yang jauh. Jika orang yang dikunjungi itu seorang clairvoyant, yaitu telah mengembangkan pandangan astral, ia akan melihat tubuh astral temannya yang datang berkunjung. Jika tidak, pengunjung itu dapat sedikit memadatkan kendaraannya dengan cara menarik partikel benda fisik dari udara sekelilingnya ke dalam tubuh astralnya, dan dengan demikian membuat dirinya cukup terlihat dengan pandangan fisik.[6]

Demikianlah penjelasan dari penampakan orang-orang dari jauh, suatu fenomena yang sering terjadi, bukan khayalan, untuk mengikis kebisuan orang penakut yang khawatir ditertawakan karena percaya kepada takhayul. Untunglah, kekhawatiran kini berkurang, Sekiranya orang punya keberanian untuk berkata bahwa ia mengatakan sesuatu yang benar, kita akan mempunyai banyak sekali bukti tentang penampakan orang yang tubuh fisiknya jauh dari tempat tubuh astral itu menampakkan diri.

Dalam kasus tertentu, tubuh itu dapat dilihat oleh mereka yang tak terlatih menggunakan pandangan astral, tanpa materialisasi. Jika sistem syaraf seseorang ditekan secara berlebih dan tubuh fisik dalam keadaan sakit sehingga pulsa kehidupan tidak berdenyut sekuat biasanya, kegiatan syaraf yang banyak bergantung kepada kembaran ether mungkin tidak dirangsang dengan semestinya. Dalam kondisi demikian, orang dapat menjadi clairvoyant untuk sementara waktu. Misalnya, seorang ibu yang tahu anaknya sakit keras di negeri asing dan sangat ingin tahu mengenai anaknya itu, dapat menjadi peka terhadap getaran astral, terutama pada malam hari ketika denyut kehidupan mengalami titik-titik terlemah. Dalam keadaan itu, jika si anak memikirkan ibunya dan tubuh fisiknya tak sadar hingga membiarkan ia mengunjungi ibunya secara astral, ibu itu sangat mungkin melihatnya. Seringnya, kunjungan semacam itu dilakukan ketika tubuh fisik menghadapi saat kematian. Penampakan-penampakan semacam ini bukan tidak umum, terutama jika orang yang menjelang ajal berkeinginan kuat untuk mencapai orang yang dekat di hati, atau jika ia ingin menyampaikan sesuatu pesan tetapi ia meninggal tanpa memenuhi keinginannya itu.

Ketika kembaran ether dan tubuh kasar diguncang kematian, kita akan melihat perubahan penampakan tubuh astral. Selama berhubungan dengan tubuh fisik, tingkatan-tingkatan benda astral bercampur satu sama lain, yang lebih kasar dan yang lebih halus saling mengisi dan saling bercampur. Tetapi setelah kematian terjadi penataan ulang. Partikel dari berbagai tingkatan memisahkan diri, membentuk urutan menurut kepadatannya. Tubuh astral membentuk stratifikasi, atau menjadi rangkaian cangkang [lingkaran] konsentrik dengan tingkat yang paling kasar berada paling luar.

Di sini kita melihat perlunya pemurnian tubuh astral selama hidup kita di dunia, karena kita melihat bahwa setelah mati ia tak dapat menata dunia astral menurut kehendak. Dunia mempunyai 7 dataran, dan manusia dibatasi pada dataran yang sama dengan lingkaran luarnya. Penutup terluar terurai ketika ia meningkat ke dataran berikutnya, demikian seterusnya.

Seseorang yang mempunyai tabiat hewan dan rendah akan memiliki tubuh astral yang paling kasar dari benda astral yang kasar, dan ini akan menahan dirinya pada dataran terendah dari Kâmaloka hingga cangkang ini terurai hingga derajat tertentu di mana seseorang tetap terpenjara dalam bagian dunia astral yang itu, dan mengalami penderitaan dalam wilayah lokal yang tidak menyenangkan. Jika cangkang terluar ini telah cukup terurai (terkikis), orang meningkat ke tingkatan berikutnya dalam dunia astral, atau mungkin lebih tepat dikatakan bahwa ia mampu berhubungan dengan getaran-getaran pada dataran astral berikutnya, hingga ia seolah-olah berada di wilayah lain. Di sana ia tinggal sampai cangkang dataran ke-6 terkikis dan membiarkan ia masuk ke dataran ke-5. Ia tinggal di tiap dataran menurut kekuatan bagian yang sifat-sifatnya yang terwakili dalam tubuh astral oleh jumlah materi yang sama dengan dataran yang bersangkutan. Makin banyak jumlahnya dan makin kasar unsurnya, makin lama ia tinggal di dataran kâmaloka bawah; makin banyak elemen-elemen tersebut yang dapat dihilangkan, makin singkat ia meninggalkan dataran itu.

Bahan paling kasar pun tidak dapat dilenyapkan semuanya karena diperlukan proses yang panjang dan sulit untuk melenyapkan secara total. Kesadaran dalam kehidupan dunia mungkin saja dijauhkan dari nafsu-nafsu rendah sehingga materi yang dipakai untuk ekspresi akan berhenti berfungsi aktif sebagai kendaraan kesadaran, menjadi kerdil. Dalam kasus ini, meskipun orang itu tertahan untuk sementara waktu di dataran-dataran bawah, ia akan tidur dengan damai selama itu, tidak merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Kesadarannya, karena berhenti mencari ekspresi melalui materi semacam itu, tidak akan muncul ke luar hingga tidak dapat menyentuh benda-benda yang tersusun darinya dalam dunia astral.

Perjalanan melalui Kâmaloka dari seseorang yang dimurnikan tubuh astralnya dengan cara demikian, di mana ia hanya mempertahankan elemen yang termurni dan terhalus dari tiap dataran, sangat cepat. Ada semacam titik kritis antara tiap dua tingkatan bahan; es dapat ditingkatkan ke suatu titik di mana dengan sedikit panas saja ia sudah dapat berubah menjadi cairan; air dapat ditingkatkan ke suatu titik di mana ia siap berubah menjadi uap. Demikian pula, tiap tingkatan bahan dari benda astral dapat ditingkatkan ke suatu titik kemurnian yang dengan penambahan kemurnian sedikit saja, akan mengubahnya ke tingkatan berikutnya. Jika ini dilakukan pada tiap tingkatan bahan dalam tubuh astral, ia telah dimurnikan ke derajat kemurnian tertinggi yang mungkin, maka perjalanannya melalui Kâmaloka menjadi luar biasa cepat, dan orang itu melesat melaluinya ke wilayah yang lebih tinggi.

Masalah lain yang berkaitan dengan pemurnian tubuh astral, baik melalui proses fisik maupun mental, adalah efek dari pemurnian itu terhadap tubuh astral baru yang terbentuk untuk digunakan pada inkarnasi mendatang. Ketika orang keluar dari Kâmaloka dan masuk ke dalam Devachan [7], ia tidak dapat membawa serta bentuk-bentuk pikiran yang buruk. Benda astral tidak dapat masuk ke dataran Devachan, dan benda-benda Devachan tidak dapat bereaksi terhadap getaran kasar dari nafsu-nafsu buruk. Akibatnya, semua yang dibawa orang itu pada akhirnya keluar dari tubuh astral, berubah menjadi bibit laten atau tendensi [8], yang bila menemukan sarana, akan menjelma menjadi nafsu jahat dalam dunia astral. Tetapi ini tidak dibawanya serta, dan tetap merupakan bibit laten selama kehidupan di dataran Devachan. Ketika ia kembali [dilahirkan kembali], semua itu dibawanya serta dan dilemparkannya keluar; mereka menarik ke arah mereka dari dunia astral dengan semacam magnet bahan-bahan yang sesuai bagi manifestasi mereka, dan mengambil pakaian dari bahan astral yang sesuai dengan sifat mereka sendiri, hingga membentuk bagian dari tubuh astral bagi inkarnasi mendatang.

Jadi kita tidak hanya hidup dalam suatu tubuh astral untuk sekarang, tetapi kita juga merancang jenis tubuh astral yang akan kita pakai dalam kehidupan mendatang. Ini merupakan salah satu alasan mengapa kita perlu memurnikan tubuh astral kita semaksimal mungkin dengan menggunakan pengetahuan yang kita miliki sekarang.

Karena semua kehidupan kita terkait satu sama lain, tiada satu kehidupan pun yang terlepas dengan masa lampau dan masa mendatang. Sesungguhnya, kita hanya punya satu kehidupan yang di dalamnya apa yang kita sebut hidup itu hanya beberapa hari. Kita tak pernah memulai hidup baru sebagai lembaran bersih untuk menulis cerita yang benar-benar baru; kita hanya memulai bab baru untuk mengembangkan bab-bab sebelumnya.

Kita tak dapat melepaskan diri dari akibat karma dari kehidupan masa lalu setelah melampaui kematian, sebagaimana kita tak dapat lolos dari kewajiban membayar utang dengan cara tidur semalaman. Kalau kita mempunyai utang hari ini, kita tak dapat bebas darinya besok pagi; tagihan akan datang sampai utang itu dilunasi. Hidup manusia itu bersinambung, tidak terputus; kehidupan-kehidupan dunia itu terkait dan tidak terpisah. Proses-proses pemurnian dan perkembangan pun bersinambung, dan terus berlangsung melalui banyak kehidupan dunia. Suatu saat kita masing-masing harus mulai bekerja; suatu saat kita masing-masing harus mengalami penderitaan dengan sifat-sifat rendah, menderita dari sifat kebinatangan, menderita karena tirani indera.

Kemudian orang tidak lagi tahan menderita, ia akan memutuskan bahwa ikatan penderitaan itu harus diputuskan. Mengapa kita harus memperpanjang ikatan penderitaan itu jika kita mampu memutuskannya setiap saat? Tiada tangan yang membelenggu kita kecuali tangan kita sendiri, dan hanya tangan kita sendirilah yang dapat membebaskannya. Kita mempunyai hak untuk memilih, kebebasan kita untuk berkehendak, dan karena suatu hari kita harus berdiri bersama di dataran yang lebih tinggi, mengapa kita tidak memulai untuk memutuskan ikatan itu sekarang? Awal dari lepasnya ikatan, kemenangan kebebasan, adalah ketika orang memutuskan bahwa untuk menjadi sifat rendah hamba dari sifat yang lebih tinggi, dan di dataran kesadaran fisik ini ia mulai membangun tubuh yang lebih tinggi, dan berupaya menemukan kemungkinan-kemungkinan yang lebih tinggi yang merupakan haknya.

III. TUBUH PIKIRAN

Kita telah membahas tubuh fisik dan astral manusia. Kita telah mempelajari tubuh fisik, baik yang tampak maupun yang tak tampak yang bekerja pada dataran fisik. Kita telah menelusuri berbagai kegiatannya, menganalisa sifat dan pertumbuhannya, dan menyinggung pemurniannya yang dilakukan secara bertahap. Kemudian kita telah meninjau tubuh astral dengan cara yang sama. Dengan demikian kita telah memperoleh gambaran mengenai aktivitas manusia pada 2 dari 7 dataran besar dari alam semesta.

Kini kita memasuki dataran ke-3, yaitu alam atau dataran pikiran (mind). Ketika telah mempelajari sesuatu dari dataran ini, kita akan mengetahui adanya alam fisik, astral, dan mental [bumi kita dan dua bola yang melingkupinya] sebagai suatu 'triple region' yang di dalamnya manusia aktif berkarya selama inkarnasinya di bumi dan tinggal selama masa yang membentang antara kematian yang menutup kehidupan dunia dan kelahiran yang membuka kehidupan lain. Tiga bola konsentrik ini merupakan tempat sekolah dan kerajaan manusia: di dalamnya orang melaksanakan perkembangannya, di dalamnya ia melakukan ziarah evolusi; di luar itu ia mungkin tidak dapat melewatinya hingga gerbang bai'at terbuka baginya, karena di luar tiga dunia itu tidak ada jalan lain.

Di dalam dataran ke-3 yang disebut alam pikiran, termasuk Devachan atau Devaloka, dataran para Dewa, alam kebahagiaan atau kegembiraan. Diberi nama Devachan karena sifat dan kondisinya, tiada sesuatu yang mengusik alam ini yang dapat menimbulkan kepedihan atau kesedihan; ini merupakan wilayah yang dikawal khusus, keburukan tidak dibiarkan masuk, suatu tempat istirahat manusia untuk mengasimilasikan buah dari kehidupan fisiknya.

Penjelasan sementara tentang alam pikiran secara menyeluruh diperlukan agar tidak menimbulkan kebingungan. Seperti dataran-dataran lain, dataran ini dibagi menjadi 7 tingkatan yang dikelompokkan menjadi 2, masing-masing berisi 3 dan 4 tingkatan. Tiga tingkatan yang di atas disebut arûpa atau tanpa tubuh, karena amat sangat halus, sementara 4 tingkatan yang di bawah disebut rûpa atau bertubuh.

Manusia mempunyai dua kendaraan kesadaran untuk berkarya di dataran ini, dan kedua istilah di atas berlaku untuk tubuh pikiran. Kendaraan yang bawah disebut tubuh pikiran sampai ditemukan istilah yang lebih tepat; sedangkan kendaraan atas disebut tubuh kausal. Kita akan mengenal perbedaan antara Manas Atas dan Manas Bawah. Tubuh kausal adalah Manas Atas, tubuh permanen dari Ego, atau manusia, abadi dari kehidupan ke kehidupan. Tubuh Pikiran adalah Manas Bawah, berumur setelah kematian hingga mencapai Devachan, tetapi lenyap terurai ketika kehidupan pada taraf rûpa pada Devachan berakhir.

A. TUBUH PIKIRAN

Kendaraan kesadaran ini menjadi milik, dan terbentuk dari bahan-bahan yang berasal dari keempat tingkatan bawah Devachan. Sebagai kendaraan kesadaran di wilayah itu dalam dataran mental, ia bekerja atas dan melalui tubuh-tubuh astral dan fisik dalam segala manifestasi yang kita sebut pikiran dalam kesadaran terbangun yang normal.

Pada orang yang belum berkembang, ia tidak dapat berfungsi terpisah pada datarannya sendiri sebagai kendaraan kesadaran yang independen selama kehidupan di dunia. Pada orang yang telah melatih sarana mentalnya, ia harus menyelimuti diri dengan bahan-bahan astral dan fisik sebelum dapat menjadi sadar akan kegiatannya.[9] Tubuh pikiran merupakan kendaraan dari Ego, si Pemikir, untuk semua pekerjaan penalaran, tetapi selama kehidupan di dunia ia tidak tertata dengan rapi, agak kerdil dan tak berdaya, sebagaimana tubuh astral dari orang yang belum berkembang.

Bahan yang dipakai untuk menyusun tubuh pikiran itu sangat langka dan halus. Kita telah tahu bahwa benda astral jauh lebih halus dari ether pada dataran fisik, dan kini kita masih perlu memperbesar konsepsi kita hingga dapat menjangkau gagasan benda yang tak terlihat oleh pandangan astral dan pandangan fisik, terlalu halus untuk ditangkap dengan indera internal manusia. Bahan ini menjadi milik dataran ke-5 ke bawah, atau dataran ke-3 ke atas, dari alam semesta, dan dalam bahan ini Diri mewujud sebagai pikiran, terletak di atas astral yang mewujud sebagai indera (sensasi).

Ada satu hal yang khas mengenai tubuh pikiran: ketika bagian luarnya mewujudkan diri sebagai manusia, ia mengembang, meningkat ukuran dan kegiatannya inkarnasi demi inkarnasi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri. Tubuh fisik terbentuk inkarnasi demi inkarnasi, bervariasi menurut bangsa dan kelamin, tetapi ukurannya hampir sama. Dalam tubuh astral kita jumpai perkembangan dalam penataan sesuai dengan perkembangan manusia. Tetapi tubuh pikiran bertambah ukurannya sejalan dengan evolusi perkembangan manusia.

Pada orang yang sama sekali belum berkembang, tubuh pikiran sulit untuk dikenali karena belum berwujud; perlu upaya keras untuk mengenalinya. Pada orang yang lebih berkembang, yang bukan spiritual tetapi telah mengembangkan sarana pikiran, yang telah melatih dan mengembangkan inteleknya - tubuh pikirannya memperoleh perkembangan yang jelas, dan ada tatanan sehingga dapat dikenali sebagai kendaraan aktivitas. Ia merupakan benda yang terang dan jelas batasannya, bahannya halus dan warnanya indah, terus-menerus bergetar dengan kegiatan yang aktif, penuh dengan kehidupan, penuh dengan kekuatan, suatu ekspresi pikiran dalam dunia pikiran.

Mengenai sifatnya, ia terbuat dari bahan yang halus; mengenai fungsinya, ia adalah kendaraan bagi Diri untuk mewujud sebagai intelek; mengenai pertumbuhannya, ia tumbuh pada tiap kehidupan proporsional dengan perkembangan intelektual manusia itu, menjadi semakin tertata dengan mantap karena atribut dan mutu pikiran menjadi semakin tajam. Seperti tubuh astral, ia tidak merupakan representasi tunggal manusia dalam bentuk dan sifat ketika ia bekerja berkaitan dengan tubuh astral dan fisik. Ia berbentuk is oval seperti telur, berimpit dengan tubuh fisik dan astral, dan melingkupi keduanya dengan cahaya yang menjadi makin besar sejalan dengan perkembangan intelektual.

Bentuk telur ini menjadi benda yang semakin indah dan mengagumkan bila orang mengembangkan daya pikir yang makin tinggi. Ini tak terlihat dengan pandangan astral, tetapi jelas terlihat dengan pandangan yang lebih tinggi dari dataran pikiran. Sebagaimana orang awam tak dapat melihat sesuatu pada dunia astral meskipun ia dikelilingi olehnya, orang yang hanya memiliki pandangan fisik dan astral tak dapat melihat sesuatu di dalam dunia pikiran atau bentuk-bentuk yang tersusun dari bahan itu.

Indera yang lebih tajam milik dunia pikiran ini berbeda jauh dari indera yang sudah kita kenal. Istilah 'indera' ini pun tidak tepat di sini karena ia lebih tepat disebut indera mental. Pikiran bersentuhan dengan benda-benda dalam dunianya sendiri secara langsung. Tiada organ tertentu bagi penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa dan bau. Semua getaran yang semestinya diterima melalui alat indera terpisah, akan menunjukkan sifatnya ketika bersentuhan dengan otak. Tubuh pikiran menerima semua itu dalam waktu yang sama, secara sadar dan mampu memberi kesan atas semuanya.

Tidaklah mudah untuk menyampaikannya dalam perkataan setiap gagasan bagaimana indera ini menerima sekumpulan kesan tanpa bingung, tetapi mungkin sebaiknya dikatakan bahwa seseorang yang terlatih masuk ke wilayah itu, dan di sana ia berkomunikasi dengan orang lain, pikiran berbicara dengan warna, bunyi dan bentuk, sehingga gagasan selengkapnya disampaikan sebagai gambar yang berwarna dan bermusik, bukan merupakan fragmen, sebagaimana dilakukan dengan simbol yang disebut kata.

Beberapa dari kita mungkin telah mendengar buku kuno yang ditulis dalam bahasa berwarna, bahasa Tuhan; bahasa yang dipahami oleh berbagai chelâ (sufi), dan diterima berupa bentuk dan warna, dari alam pikiran "bicara" di mana getaran dari setiap gagasan diubah menjadi bentuk, warna dan suara. Bukan karena pikiran memikirkan warna. Bunyi atau bentuk; ia memikirkan sebuah gagasan, suatu getaran kompleks dalam bahan halus, dan gagasan itu mengekspresikan diri dalam bentuk getaran. Bahan dari dunia pikiran selalu dilontarkan dalam bentuk getaran untuk melahirkan warna, bunyi dan bentuk. Jika seseorang berfungsi dalam tubuh pikiran terpisah dari tubuh astral dan fisik, ia menemukan dirinya terbebas sepenuhnya dari keterbatasan organ inderanya.

Jika seseorang berpikir dalam kesadaran terbangun dan bekerja melalui tubuh astral dan fisiknya, pikiran itu dihasilkan di dalam tubuh pikiran dan keluar, mula-mula ke tubuh astral dan kemudian ke tubuh fisik. Jika kita berpikir, kita berpikir dengan tubuh pikiran kita, yaitu alat pemikir, kesadaranlah yang mengekspresikan diri sebagai 'aku'. 'Aku' itu bersifat ilusi, tetapi merupakan satu-satunya 'aku' yang diketahui oleh kebanyakan dari kita.

Ketika kita berurusan dengan kesadaran tubuh fisik, kita temukan bahwa orang itu sendiri tidak menyadari semua yang terjadi di dalam tubuh fisik, bahwa sebagian kegiatannya tidak tergantung dari dia, bahwa ia tidak mampu untuk berpikir sebagai sel-sel kecil yang sedang berpikir sendiri, bahwa is tidak benar-benar turut dalam kesadaran tubuh secara keseluruhan.

Namun bila kita sampai pada tubuh pikiran, kita sampai pada sampai pada wilayah yang dikenali manusia sebagai dirinya sendiri. "Aku pikir...," "Aku tahu..." - dapatkah kita melihat sesuatu di balik itu? Pikiran adalah Diri dalam tubuh pikiran, dan itulah yang bagi kebanyakan dari kita merupakan sasaran dari pencarian Diri. Tetapi ini hanya benar jika kita terbatas pada kesadaran terbangun. Sesiapa yang telah mengetahui bahwa kesadaran terbangun, sebagaimana indera tubuh astral, hanyalah suatu tahap dalam perjalanan mencari Diri, dan yang telah memahami lebih dari itu -akan sadar bahwa ini hanyalah instrumen dari manusia sejati. Namun kebanyakan kita tidak dan tidak dapat memisahkan dalam pikirannya: pikiran dari tubuh pikiran, yang tampak kepada mereka sebagai ekspresi tertinggi, kendaraan tertinggi, diri tertinggi yang dapat mereka sentuh atau mereka sadari.

Lebih alami dan tak terelakkan bahwa manusia, pada tahap evolusi ini, mulai menghidupkan tubuhnya dan membawanya ke aktivitas yang penting. Ia telah menghidupkan tubuh fisik sebagai kendaraan kesadaran di masa lampau, dan menggunakannya di masa kini. Ia menghidupkan tubuh astralnya yang terbelakang, tetapi kebanyakan sekurang-kurangnya pekerjaan ini berhasil sebagian. Ia bekerja pada tubuh pikiran, dan kerja khusus pada kemanusiaan yang harus dilakukan kini adalah membangun, evolusi dari tubuh ini.

Karena itu kita lebih perlu memahami bagaimana tubuh pikiran itu dibangun dan bagaimana ia tumbuh. Ia tumbuh dengan gagasan. Gagasan-gagasan kita merupakan bahan yang kita bangun ke dalam tubuh pikiran. Dengan melatih sarana mental kita, dengan mengembangkan daya artistik, emosi tinggi kita, kita membangun tubuh pikiran hari demi hari, tiap bulan dan tahun dalam hidup kita. Jika kita tidak melatih kemampuan mental kita; jika [sepanjang berkaitan dengan gagasan kita] kita hanya menjadi penerima, bukan pencipta; jika kita senantiasa menerima dari luar dan bukan membentuk dari dalam; jika dalam perjalanan hidup ini pikiran kita dijejali oleh gagasan orang lain; jika hanya itu yang kita ketahui mengenai gagasan dan berpikir - maka tubuh pikiran kita tidak tumbuh, kita datang di kehidupan ini pers

is sama dengan ketika kita pergi; kehidupan demi kehidupan kita tetap sebagai orang yang tidak berkembang. Melatih pikiran itu sendiri, menggunakan sarana itu secara kreatif, melatihnya, bekerja dengannya, senantiasa membuatnya bekerja - hanya dengan cara-cara ini tubuh pikiran dapat berkembang dan evolusi manusia dapat berlangsung.

Ketika menyadari ini, kita mungkin mencoba untuk mengubah perilaku umum dari kesadaran kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita mulai memperhatikan bagaimana ia bekerja. Setelah melakukan ini, kita akan melihat bahwa sebagian besar pemikiran kita bukanlah pemikiran kita sendiri, tetapi semata-mata merupakan penerimaan gagasan dari orang lain; gagasan yang datang kepada kita tanpa kita ketahui bagaimana; gagasan yang tidak kita ketahui kapan datangnya; gagasan yang lenyap dengan sendirinya tanpa kita ketahui ke mana perginya. Kita akan mulai merasa, mungkin dengan sedikit kekecewaan bahwa alih-alih pikiran itu berevolusi, ia lebih merupakan tempat di mana gagasan-gagasan berlalu.

Cobalah sendiri, dan lihat berapa banyak isi kesadaran anda itu yang merupakan milik anda sendiri, dan berapa banyak yang hanya merupakan kontribusi dari luar. Berhentilah dengan tiba-tiba beberapa kali dalam sehari, dan perhatikan apa yang anda pikirkan. Dengan pemeriksaan tiba-tiba, anda mungkin menjumpai bahwa anda tidak sedang memikirkan apa-apa, suatu pengalaman yang lumrah, atau bahwa anda berpikir tak menentu hingga hanya sekilas kesan yang dapat anda temukan dalam pikiran.

Jika anda mencobanya beberapa kali, dan setiap kali anda menjadi lebih sadar dari sebelumnya, mulailah memperhatikan gagasan-gagasan di dalam pikiran anda, dan perhatikan perbedaan apa yang ada antara kondisinya ketika masuk ke dalam pikiran dan kondisinya ketika pergi; apa yang anda tambahkan ketika gagasan itu berada bersama anda. Dengan cara ini pikiran anda menjadi benar-benar aktif, dan akan melatih daya kreasinya. Jika anda bijaksana, anda akan mengikuti proses berikut: mula-mula anda memilih gagasan yang akan anda biarkan tinggal di dalam pikiran. Ketika anda menemukan dalam pikiran sebuah gagasan yang baik, anda akan meperhatikanya, mengembangkannya, menguatkannya, menambahnya; dan mengirimnya keluar sebagai suatu manfaat ke dalam dunia astral. Jika anda menemukan di dalam pikiran gagasan yang buruk, anda akan membuangnya keluar dengan segera.

Kini anda tahu bahwa ketika anda menyambut baik ke dalam pikiran anda semua gagasan yang baik dan bermanfaat dan menolak gagasan yang jahat, hasil berikut akan muncul: makin banyak gagasan baik yang mengalir masuk ke dalam pikiran dari luar, dan makin sedikit gagasan buruk yang datang. Akibat dari mengisi penuh pikiran dengan gagasan yang baik dan bermanfaat adalah: ia akan bertingkah sebagai magnet bagi semua gagasan serupa dari sekeliling anda. Jika anda terbiasa menolak tinggalnya gagasan buruk, gagasan serupa akan terlempar keluar secara otomatis oleh perbuatan pikiran itu sendiri. Tubuh pikiran akan mempunyai sifat menarik semua gagasan yang baik dari sekeliling, dan menolak gagasan yang buruk. Ia akan mengolah gagasan yang baik dan membuatnya lebih aktif, dan senantiasa mengumpulkan massa bahan mental yang akan membentuk isinya, dan akan tumbuh lebih cepat setiap tahun.

Ketika tiba saatnya orang itu meninggalkan tubuh astral dan fisiknya dan masuk ke dunia pikiran, ia akan membawa serta semua bahan yang telah dikumpulkannya; ia akan membawa serta isi kesadaran ke dalam wilayah yang lebih sesuai, dan ia akan menggunakan kehidupan devachan-nya untuk memanfaatkan sifat dan menghidupkan daya semua bahan yang disimpannya.

Pada akhir masa devachan, tubuh pikiran akan menyerahkan sifat-sifat yang dibinanya kepada tubuh kausal permanen, agar dapat dibawa ke dalam inkarnasi berikutnya. Sarana ini akan menyelimuti mereka dengan bahan-bahan dataran rûpa dari dunia pikiran, membentuk tubuh pikiran yang lebih tertata dan lebih maju pada kehidupan mendatang. Mereka akan menampakkan diri melalui tubuh astral dan fisik sebagai "bakat bawaan," yang datang bersama bayi ke dunia.

Dalam kehidupan kini kita mengumpulkan bahan-bahan dengan cara yang telah diuraikan. Dalam kehidupan devachan kita mengolah bahan-bahan itu, mengubahnya dari upaya-upaya terpisah menjadi gagasan, menjadi daya dan aktivitas mental. Ini merupakan perubahan besar dalam masa kehidupan devachan, dan karena ia terbatas oleh pemanfaatannya dalam kehidupan dunia, sebaiknya kita tidak melakukan upaya apa-apa dalam hal ini sekarang. Tubuh pikiran pada inkarnasi mendatang tergantung pada upaya untuk kita lakukan dalam tubuh pikiran kini. Karena itu, manfaat evolusi manusia mengenai pemanfaatan tubuh pikirannya sekarang; ia membatasi aktivitasnya dalam; Devachan, dan dengan membatasi aktivitas itu ia membatasi kualitas mental yang akan dibawanya ke kehidupan mendatang. Kita tidak dapat memisahkan satu kehidupan dari yang lain, atau menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Karma memberi hasil menurut apa yang kita tanam: sedikit atau banyak merupakan panen dari biji yang kita tanam.

Tindakan otomatis tubuh pikiran seperti yang disebut di atas, mungkin lebih mudah dipahami jika kita memperhatikan sifat bahan-bahan yang dipakai untuk membangunnya. Pikiran Universal merupakan gudang penyimpan bahan-bahan itu. Ia menimbulkan setiap jenis getaran yang bervariasi dalam mutu dan dayanya menurut kombinasi bahannya. Tubuh pikiran secara otomatis menarik kepada dirinya dari gudang umum tersebut bahan-bahan yang dapat mempertahankan kombinasi yang telah ada, karena senantiasa terjadi perubahan partikel dalam tubuh pikiran sebagaimana dalam tubuh fisik, dan tempat yang ditinggalkan sama dengan tempat partikel yang datang.

Jika orang menyadari bahwa ia mempunyai kecenderungan buruk dan mulai bekerja untuk mengubahnya, ia membuat serangkaian getaran baru. Tubuh pikiran cenderung untuk menerima yang lama dan menolak yang baru, hingga terjadi konflik dan penderitaan. Namun secara bertahap, begitu partikel lama didorong keluar dan diganti dengan partikel baru yang menjawab getaran baru [karena tertarik dari luar oleh daya untuk menjawab], tubuh pikiran mengubah karakternya. Bahan dan getarannya berubah menjadi menolak keburukan dan tertarik dengan kebaikan. Karena itu kesulitan utama terletak pada upaya awal, ia dihadang dan diserang oleh bentuk lama dari pikiran. Selanjutnya pemikiran yang benar akan berjalan makin mudah dan akhirnya spontanitas dan kesenangan timbul dalam melakukannya.

Cara lain untuk membantu pertumbuhan tubuh pikiran adalah melatih konsentrasi, yaitu penetapan pikiran pada suatu titik dan menahannya di situ, tidak diperkenankan untuk terlepas dari titik itu. Kita perlu melatih diri kita dalam berpikir dengan tenang dan teratur, tidak membiarkan pikiran tiba-tiba lari dari sesuatu hal ke hal lain, tidak menyia-nyiakan energinya tersebar ke sejumlah besar gagasan yang tidak perlu. Sebaiknya kita mengikuti pola pemikiran yang teratur, satu gagasan datang secara alami dari gagasan yang pergi sebelumnya. Dengan demikian secara bertahap kita mengembangkan mutu intelektual yang membuat gagasan kita beruntut dan rasional.

Jika pikiran berkerja dengan cara demikian, gagasan demi gagasan akan datang menurut pola urutan yang teratur, dan ini menjadikan pikiran sebagai instrumen Diri dalam beraktivitas di dunia pikiran. Pengembangan daya pikir dengan konsentrasi dan urutan akan menghasilkan tubuh pikiran yang jelas dan tegas batas-batasnya, dalam perkembangan yang cepat, dengan keseimbangan yang terkendali, dan upaya yang dikeluarkan akan terbayar dengan perkembangan yang dihasilkan.

B. TUBUH KAUSAL (ALASAN, PENYEBAB)

Mari kita memasuki tubuh pikiran kedua yang disebut tubuh kausal, tubuh alasan. Nama ini diberikan berdasarkan fakta bahwa semua penyebab yang tinggal di dalam tubuh ini mewujud berupa akibat pada dataran-dataran yang lebih rendah. Tubuh ini adalah "tubuh Manas," aspek bentuk dari manusia sejati. Ini merupakan pangkalan, gudang, yang di dalamnya tersimpan harta karun manusia itu untuk selamanya. Ia berkembang ketika sifat-sifat rendah terkikis dan diganti dengan bahan yang lebih baik. Ke dalam tubuh kausal segala sesuatu dirajut sehingga dapat bertahan, dan di dalamnya disimpan bibit-bibit dari berbagai jenis untuk dibawa ke inkarnasi berikutnya. Karena itu perwujudan-perwujudan rendah sepenuhnya bergantung kepada pertumbuhan dan perkembangan orang itu.

Seperti disebut di atas, tubuh kausal merupakan aspek bentuk dari individual. Dengan hanya memperhatikan siklus kehidupan kini, kita dapat berkata bahwa tiada manusia sebelum keberadaan itu datang. Mungkin saja ada tubuh fisik dan ether yang disiapkan sebagai habitat [tempat hidup]; nafsu, emosi dan selera dapat secara bertahap dikumpulkan dari sifat kâma dalam tubuh astral; tetapi tetap tiada manusia sebelum pertumbuhan melalui dataran fisik dan astral dicapai, dan sebelum bahan-bahan dari dunia pikiran mulai menampakkan diri dalam tubuh-tubuh bawah yang telah berkembang. Jika dengan daya itu Diri menyiapkan habitatnya sendiri, bahan-bahan dari dataran pikiran mulai dengan perlahan ber-evolusi, maka terjadi pengucuran dari lautan luas Âtmâ-Buddhi yang senantiasa mengerami evolusi manusia - dan ini bertemu dengan pertumbuhan ke atas, terbukanya bahan pikiran, bersatu dengannya, menyuburkannya, dan pada titik temu itulah tubuh kausal terbentuk.

Orang yang mampu melihat wilayah tinggi itu berkata bahwa aspek bentuk dari manusia sejati itu seperti lapisan tipis dari bahan yang terhalus, tampak, menandai bahwa orang itu memulai kehidupan terpisah. Lapisan yang halus dan tak berwarna dari bahan halus itu merupakan tubuh yang bertahan di sepanjang evolusi manusia, merupakan benang pengikat semua kehidupan, Sûtrâtmâ yang bereinkarnasi, tali diri. Ia merupakan pangkalan semua hal yang sesuai dengan Hukum Alam, semua atribut yang mulia, serasi, dan abadi. Ialah yang menandai perkembangan manusia, tahapan evolusi yang telah dicapainya. Setiap gagasan yang besar dan mulia, setiap emosi yang murni dan tinggi, dibawa dan diolah oleh bahan ini.

Mari kita amati kehidupan orang awam, kita lihat berapa banyak kehidupan yang diperlukan untuk membangun tubuh kausal, dan mari kita bayangkan sebagai lembaran film halus. Ia harus diperkuat, diperindah dengan warna, diaktifkan dengan hidup, dibuat cemerlang dan agung, diperbesar ukurannya dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Pada tahapan awal evolusi, ia tidak menunjukkan kualitas mental, tetapi menunjukkan banyak nafsu dan selera. Ia merasakan kenikmatan dan mengupayakannya. Meskipun kehidupan internalnya mempunyai bahan-bahan halus yang dikelilingi oleh tubuh pikiran; dan tubuh pikiran mengarah ke dunia astral, bersentuhan dengan tubuh astral dan menjadi berkaitan dengannya, maka suatu jembatan terbentuk untuk melewatkan apa yang dapat menyeberang. Orang itu mengirimkan gagasannya ke bawah melalui jembatan itu ke alam kenikmatan [nafsu, kehidupan binatang]. Pikiran bercampur dengan nafsu dan emosi binatang ini, tubuh pikiran terkait dengan tubuh astral, keduanya saling melekat dan sulit dipisahkan ketika saat kematian tiba.

Jika dalam hidupnya orang yang menghabiskan waktu berada di wilayah bawah itu memiliki gagasan yang tidak mementingkan diri sendiri, memiliki gagasan pelayanan kepada seseorang yang ia cintai dan melakukan pengorbanan agar dapat melayani, ia telah membuat sesuatu yang mampu bertahan, sesuatu yang mampu hidup, sesuatu yang memiliki sifat dari dunia yang tinggi; sehingga ia dapat menembus ke atas ke tubuh kausal dan diproses ke dalam bahan ini, menjadikannya lebih indah, mungkin dengan sentuhan pertama dari intensitas warna; mungkin sepanjang hidupnya hanya ada sedikit benda yang dapat bertahan, sebagai makanan bagi pertumbuhan manusia sejati. Jadi pertumbuhan itu sangat lambat karena semua sisa hidupnya tidak mendukung; semua tendensi buruknya yang terlahir oleh kebodohan dan dibesarkan oleh kebiasaan, bibitnya tertarik ke dalam dan diubah menjadi laten karena tubuh astral yang memberinya rumah dan bentuk terberai dalam dunia astral. Mereka tertarik ke dalam tubuh pikiran dan tinggal dalam bentuk laten di sana, karena tidak memiliki bahan untuk ekspresi dalam alam devachan.

Ketika tubuh pikiran pada akhirnya lenyap, mereka tertarik ke dalam tubuh kausal, dan juga diam di situ secara laten, seperti gambar animasi yang diam. Mereka dilempar keluar sebagai Ego, kembali ke kehidupan dunia dan mencapai dunia astral, muncul kembali di sana sebagai tendensi buruk yang dibawa dari masa silam. Jadi tubuh kausal dapat disebut sebagai gudang kejahatan dan kebaikan, segala sesuatu yang tertinggal dari manusia setelah kendaraan bawahnya lenyap. Yang baik diproses ke dalam teksturnya untuk membantu pertumbuhannya, sementara yang buruk [kecuali yang disebut di bawah] tetap sebagai bibit.

Keburukan yang dilakukan manusia dalam hidupnya, jika keluar dari pikirannya, akan menyebabkan lebih banyak kerusakan pada tubuh kausal dari pada jika dibiarkan dalam bentuk laten sebagai bibit dari dosa dan kesedihan mendatang. Bukan hanya karena keburukan tidak membantu pertumbuhan manusia sejati, tetapi jika nekad, kuat dan jika dibiarkan berekspresi, ia dapat menjauhkan sesuatu dari orang itu sendiri. Jika keburukan itu senantiasa diikuti, tubuh pikiran menjadi begitu terjerat dengan tubuh astral hingga setelah kematian ia tak dapat membebaskan diri sendiri sepenuhnya. Sebagian dari substansinya hilang terkoyak, dan ketika tubuh astral lenyap ia kembali ke bahan pikiran dari dunia pikiran, dan lenyap dari orang itu. Dengan demikian, jika kita pikir lagi citra sebuah film atau gelembung, ia akan diperkecil oleh hidup yang buruk. Bukan hanya hambatan dalam perkembangan, tetapi membuatnya lebih sulit dibangun, terpengaruh kapasitas pertumbuhannya, menjadi steril atau kerdil.[10] Di luar itu, pada umumnya tidak terjadi gangguan yang berarti pada tubuh kausal.

Jika Ego menjadi kuat baik dalam intelek maupun kehendak tanpa secara bersamaan meningkat cinta kasihnya kepada orang lain, di mana ia berkontraksi di seputar pusat yang menyendiri, bukan berekspansi ketika tumbuh, membangun tembok pementingan diri sendiri di sekelilingnya dan menggunakan daya kembangnya bagi "aku" - maka timbul kemungkinan yang banyak ditulis dalam kitab-kitab suci, yaitu timbulnya kejahatan yang lebih berbahaya dari Ego yang secara sadar melawan Hukum, bertempur melawan evolusi. Tubuh kausal sendiri, akibat dari getaran pada dataran mental dari intelek dan kehendak tetapi keduanya berubah menjadi egois, membentuk warna gelap sebagai hasil kontraksi dan kehilangan cahaya yang merupakan karakter khasnya.

Kerugian ini tak dapat terjadi pada Ego yang belum berkembang atau oleh nafsu biasa atau cacat mental. Untuk menimbulkan kerugian yang begitu parah, Ego harus sudah jauh berkembang, dan harus sudah memiliki energi potensial pada dataran Mânas. Karena itu, ambisi, kebanggaan dan daya dari intelek yang digunakan untuk tujuan pementingan diri sendiri adalah jauh lebih berbahaya, jauh lebih mematikan dari pada yang berasal dari sifat bawah. Pada jalur ini muncul "black magician," orang yang mengembangkan kehendak dan daya pikiran yang tinggi, bukan untuk membantu evolusi kemanusiaan, tetapi untuk menguasainya sendiri, bukan untuk berbagi dengan manusia lain. Ini membuat mereka mempertahankan pemisahan dan menjauhi persatuan, mereka menghalangi dan bukan mempercepat evolusi. Karena itu mereka bergetar tidak seirama dengan keseluruhan, dan berada dalam bahaya kehilangan semua buah evolusi.[11]

Kita semua yang mulai memahami sesuatu tentang tubuh kausal dapat membuat evolusinya menjadi tujuan yang pasti dalam hidup kita. Kita dapat mengupayakan berpikir dengan menjauhkan kepentingan sendiri dan dengan demikian memberi kontribusi pada perumbuhan dan aktivitas tubuh kausal. Kehidupan demi kehidupan, abad demi abad, milenium demi milenium, evolusi perorangan ini berlangsung, dan dalam menopang pertumbuhannya dengan upaya sadar, kita bekerja dalam harmoni dengan kehendak ilahi, dan menjalankan tugas atau tujuan hidup kita. Tiada kebaikan yang kita rajut ke dalam tubuh kausal akan hilang, tiada yang lenyap karena manusia hidup selamanya.

Dalam hukum evolusi, sesuatu yang buruk, betapapun kuat tampaknya, di dalamnya terdapat bibit pemusnah diri sendiri, sementara semua yang baik mengandung bibit keabadian. Rahasianya terletak pada fakta bahwa segala sesuatu yang buruk itu tidak harmonis, ia menjadi dirinya melawan hukum kosmos, dan karena itu, cepat atau lambat, ia akan digilas oleh hukum, diremuk menjadi abu.

Sebaliknya, segala sesuatu yang baik, karena serasi dengan hukum, akan dipelihara, dibawa dan menjadi bagian dari arus evolusi, dari semboyan "bukan kita sendiri yang membuat kebaikan," dan karena itu tak akan lenyap, tak dapat dimusnahkan. Di sini bukan hanya tergantung harapan manusia, tetapi juga kepastian mengenai kemenangan final. Bagaimana pun lambatnya perkembangan, bagaimana pun panjangnya perjalanan, ia maupun akhir. Orang yang merupakan Diri kita ini berevolusi dan tak dapat sepenuhnya dilenyapkan. Meskipun karena kebodohan kita pertumbuhan itu lebih lambat dari semestinya, tetap saja semua kontribusi kita, betapapun kecilnya, tidak akan hilang sia-sia dan bermanfaat dalam semua masa yang akan kita alami.

------------

Footnote

[1] Kini kata "ether" dapat disebut plasma fisik atau "tingkat ke-4" dari materi, partikel berenergi tinggi, misalnya atom dan ion (atom atau molekul bermuatan listrik) yang disebut chemical ether"; partikel sub-atom nuklir misalnya proton (hadron)-disebut "life ether"; partikel sub-atom dalam bentuk elektron (lepton)-disebut "light ether"; dan partikel paling halus berbentuk neutrinos-disebut "reflecting ether". Contoh plasma adalah nyala pada lampu TL (neon).

[2] Jika tubuh-tubuh bawah manusia dilihat dengan pandangan astral astral, kembaran ether (Linga Sharïra) dan tubuh astral (tubuh kâmia) terlihat saling berimpit [menempati ruang yang sama], saling memasuki, dan karena itu timbul kerancuan di masa lampau: nama Linga Sharïra dan tubuh astral saling dipertukarkan, sementara yang belakangan dipakai pula untuk tubuh kâma atau tubuh kehendak. Istilah yang rancu ini menyulitkan, karena fungsi tubuh kâma [tubuh astral] sering dipahami sebagai kembaran ether, yang juga disebut tubuh astral. Pelajar yang tak mampu melihatnya sendiri mengalamai kesulitan untuk memahami kontradiksi itu. Pengamatan yang lebih saksama terhadap pembentukan kedua tubuh itu kini memungkinkan kita yang mengatakan dengan tegas bahwa kembaran ether hanya tersusun atas ether-ether fisik. Jika dipaksa tidak dapat meninggalkan dataran fisik atau pergi jauh dari pasangan kasarnya. Ia dibentuk setelah cetakannya diterima dari Penjaga Karma [Lipîka atau "Malaikat Perekam"], dan tidak dibawa bersamanya oleh, tetapi menunggunya sampai tubuh fisik terbentuk. Tubuh astral atau kâma [tubuh kehendak] hanya terdiri dari bahan-bahan astral, mampu menjelajahi dataran astral jika dibebaskan dari tubuh fisik, dan merupakan kendaraan yang tepat bagi Ego di dataran itu. Ia dibawa oleh Ego ketika re-inkarnasi. Dengan demikian maka lebih baik jika yang pertama disebut kembaran ether, dan yang kedua tubuh astral, untuk menghindari kerancuan.

[3] Kata "astral", berbintang, bukan istilah yang tepat, tetapi telah digunakan selama berabad-abad untuk menyatakan benda supra-fisik sehingga agak sulit untuk kini mengubahnya. Mungkin ini dipilih oleh pengamat karena penampakan yang bercahaya jika dibandingkan dengan benda fisik.

[4] Dalam hal ini, e-motions yang berasal dari tubuh astral atau kehendak, adalah gagasah yang diaktualisasikan, atau gagasan yang diubah menjadi motion. Dalam emotion gagasan berwujud yang menggerakkan kita untuk berbuat - salah satu fungsi dari tubuh astral atau kehendak. Dengan pertimbangan ini, ternyata betapa pentingnya kita mengendalikan kehidupan mental, jenis gagasan yang kita ambil sebagai bagian dari kehidupan internal kita. Selain itu, kita harus menciptakan elemen kehendak atau astral yang baik, bentuk gagasan kita sendiri yang diselubungi dengan bahan astral atau bahan keinginan, untuk menjadi bentuk emosi, yang diasimilasikan oleh orang lain melalui tubuh astral mereka sendiri. Bentuk emosi dan bentuk gagasan yang dihasilkan oleh orang yang menghuni suatu wilayah, membentuk medan kejiwaan di wilayah itu: baik atau buruk. Medan kejiwaan itu mempengaruhi perilaku keseluruhan orang yang menghuni wilayah itu.

[5] Pemisahan aura dari manusia ini sebagai sesuatu yang berbeda dari dirinya, adalah keliru, meskipun ini merupakan pandangan yang alami. Aura adalah awan di sekeliling tubuh. Manusia hidup dalam berbagai dataran dengan pakaian yang sesuai untuk masing-masing dataran, dan semua pakaian atau tubuh itu saling berimpit dalam ruang; pakaian terbawan dan terkecil disebut 'tubuh'. Bahan yang bercampur dari pakaian-pakaian itu disebut aura jika ia menonjol di luar tubuh itu. Aura kâma hanyalam bagian dari tubuh kâma yang menonjol ke luar tubuh fisik.

[6] Fenomena ini disebut Mâyâvi Rûpa atau tubuh ilusi.

[7] Devachan secara harafiah berarti 'tempat tinggal para dewa' dan merupakan Dunia Gagasan atau Dunia Manâs.

[8] Ini adalah Skânda atau gugusan tendensi-tendensi yang disimpan dalam atom bibit yang lebih permanen yang menandai akumulasi sifat Ego dari kehidupan ke kehidupan.

[9] Keterkaitan pikiran bawah dengan kehendak disebut Kâma Manas atau 'pikiran kehendak'.

[10] Dalam hal ini, tubuh kausal [kendaraan luar dari Ego] tidak berdosa karena berbuat salah melalui penghapusan (kelemahan) dan bukan kesengajaan atau kebencian.

[11] Mungkin ini merupakan bencana terbesar yang dapat terjadi pada evolusi perorangan.